Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kalau Gak Bisa Sayang, Jangan Kasih Rasa Nyaman

30 Januari 2021   22:15 Diperbarui: 30 Januari 2021   22:31 12104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan asmara itu bergejolak tak menentu. Kadang selangit, kadang selangit-langit. Gak pasti. Apalagi jalinan kasih tanpa status. Serba salah.

Dunia ini lengkap. Ada pria ada wanita. Ada suka ada duka. Ada cinta ada benci. Ada lawan ada kawan. Semua berkaitan dan berhubungan. Layaknya jam dinding. Setiap satu jam, ketika anak panah selalu bertemu. Pas. Gak lebih gak kurang. Presisi.

Pernah gak, pada suatu waktu diri kita saling berhubungan (baca: dekat, hingga semua tentang dia, kita tahu, begitupun sebaliknya) dengan si dia. Lama banget, hingga tahunan. Statusnya masih temenan, sahabatan. Lama-lama, tingkat kebaperan naik. Entah karena gak kunjung ada lamaran masuk atau memang gak mau ngelamar. Sukanya nunggu si dia, karena sudah nyaman. Nyaman semuanya. Bukan sayang semuanya. Toh kita gak sedang bernyanyi, satu dua tiga sayang semuanya.

Kenyamanan yang diberikan si dia kepada kita, ternyata membawa butir-butir cinta di salah satu pihak. Bukan keduanya. Ibarat pepatah, bertepuk sebelah tangan.

Rasa nyaman, bukan perkara status sosial, status pendidikan, bahkan status ekonomi. Sekali lagi, rasa kenyamanan tak berkaitan dengan siapa yang menjalin hubungan, siapa pun berhak memberikan kenyamanan. Tak usah memandang lulusan sarjana universitas ternama. Sugih melarat. Melainkan, keikhlasan dan ketulusan hati.

Siapa pun yang ikhlas dan tulus, ia bakal mendapat tempat di hati lawannya (baca: yang menjalin hubungan).

Padahal, sikap ikhlas dan tulus merupakan fondasi menjalani hidup. Suku mana pun, agama apa pun, dan budaya bagaimana pun mengajarkan hidup harus ikhlas dan tulus. Jadi, jangan baper bila ada teman ataupun sahabat yang memberikan kenyamanan pada diri kita. 

Karena rasa nyaman belum tentu sayang.

Menurut saya pribadi, hubungan muda-mudi yang saling menunjukkan kenyamanan dalam berinteraksi adalah suatu hal wajar. Bukan perkara yang berlebihan. Apa daya, manusia itu bukan robot. Yang tak punya perasaan, yang tak bisa terluka, dan yang tak dapat merindu. Manusia itu rapuh. Rapuh dalam hati.

Sebenarnya, rasa nyaman itu timbul karena kedua belah pihak sama-sama membuka hati. Saling terbuka, tanpa menutupi apa-apa yang harus ditutupi. Tidak mengarah pada hal lainnya. Sekadar terbuka. Bukan buka baju.

Keterbukaan. Hubungan yang baik antara diri kita dengan dia, akan menimbulkan kenyamanan. Entah nyaman dalam berinteraksi bahkan nyaman dalam berperasaan. Sehingga, ada ikatan batin yang tak mampu dijelaskan secara ilmiah. Jadi sangat sukar dipecahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun