Masyarakat Lumajang yang diwakilkan oleh Bupati Lumajang akan menanam kembali benih beringin di tengah alun-alun Lumajang atau pada area pohon beringin yang tumbang.
Lihatlah, pekarangan rumah kalian! Bila gersang tak ada sebatang tanaman satu pun, tanamilah. Jika berlantai beton, potlah tanaman-tanaman kecil agar jauh lebih hidup dan asri.
Melalui peristiwa tumbangnya pohon beringin di Alun-alun Lumajang yang sekaligus ikon kota Lumajang, kita dapat belajar hal penting.
Pertama, alam akan memberi pertanda bahwa lokasi tersebut sudah tak layak dihuni oleh alam. Daerah resapan air, tertutupi oleh beton-beton mulus.Â
Manusia yang senantiasa menutup permukaan bumi, tanpa meninggalkan celah sejengkal pun adalah awal kerusakan alam. Itulah alasan mengapa halaman rumah saya dibiarian belumpur ketika hujan dan berdebu ketika kemarau.
Kedua, setiap tanaman memiliki daya dukung tersendiri pada alam. Ada yang membutuhkan bantuan manusia untuk menjadikannya jauh lebih perkasa dan elok. Salah satunya para pepohonan keras, seperti beringin.Â
Sebab bukan kali pertama pohon beringin tua di Lumajang tumbang. Salah satunya adalah beringin kembar di jalan raya Kelampukarum. Pohon beringin di timur jalan roboh dan tak lagi menaungi lokasi sungai beringin.
Ketiga, manusia harus selalu memprioritaskan alam demi keberlangsungan hidup dimasa depan. Alam dapat mendatangkan manfaat juga pula bencana bagi kita, manusia.
Kebakaran hutan yang lagi-lagi terjadi dan alam yang terus mengamuk merupakan pertanda, manusia harus melindungi bukan mengekploitasi alam.
Upaya peduli dan cinta alam adalah bentuk awal komitmen melindungi alam dari kerusakan akibat ulah manusia. Dapat diajarkan sejak dini oleh para orang tua. Mulai mengajari si kecil menanam bunga di halaman.