Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bolehkah Anak Bermain Tanah atau Pasir?

9 September 2020   12:30 Diperbarui: 9 September 2020   12:28 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak memiliki salah satu tugas yakni bermain. Apalagi, anak dibawah usia 5 tahun. Balita. Batita. Hanya bermain dan bermain. 

Kadang anak saat bermain tidak mau atau rewel dengan mainannya. Suka main sapu, suka main kertas, suka main spidol, suka main meja, suka main apa pun yang ia lihat, dan tak terkecuali tanah atau pasir.

Bermain tanah atau pasir bagi anak perkotaan bukanlah hal wajar, sebab kita sendiri tau tanah banyak bakteri dan kuman. Apalagi, di kota kita tak bisa melihat tanah kecuali di taman kota. Lantai beton hingga lantai aspal. Tak ada tanah.

Bagi masyarakat pedesaan tanah adalah hidup dan matinya masyarakat. Jadi, anak akan leluasa bermain tanah ketimbang bermain mainan anak (mobil-mobilan, boneka, kartu warna, papan puzzle, bahkan pistol-pistolan). Orang tua pedesaan tak memiliki banyak uang untuk memanjakan anak dengan barang-barang mainan buatan China tersebut.

Orang tua di kota akan lebih protektif terhadap anak yang bermain tanah bahkan melarang bermain tanah atau pasir. Lain hal dengan di desa. Itulah kota dan inilah desa.

Anak-anak yang bermain tanah atau pasir akan lebih mudah terserang penyakit. Pernyataan tersebut tidak sesungguhnya benar maupun salah. Kadang anak yang bermain pasir atau tanah seharian tidak sakit. Ada pula anak yang hanya sehari main tanah atay pasir langsung deman sore harinya. Sebab, hal tersebut dipengaruhi oleh daya imun si anak. Kuat atau lemah.

Berdasarkan pengalaman rekan saya di kota, beliau menitipkan putranya di rumah orang tua di desa, sebab beliau akan melakukan kunjungan kerja di luar negeri. Seharian putranya bermain tanah (mengeruk tanah dijadikan bentuk gelas dari minuman air mineral kemasan, atau hanya sekedar mencorat coret permukaan tanah), eh malam harinya anak tersebut demam tinggi. Entah, karena akibat bermain tanah tadi pagi sehingga beberapa partikel kuman tertelan atau terhirup atau memang belum pernah bermain tanah sebelumnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bermain tanah kadang membuat anak sakit. Tapi, tak berlangsung lama. Mungkin merupakan bentuk adaptasi imunitas anak terhadap kuman bakteri di dalam tanah yang ikut terhirup atau tertelan oleh anak.

Kenapa anak bisa sakit? Karena rendahnya tingkat kebersihan orang tua dalam mengawasi kebersihan anak. Mungkin, kuku anak panjang dan kuman bakteri menempel di sela-sela kuku. Dan kita lupa, bahwa anak balita maupun batita kadang suka melumun jari-jarinya. Maka dari itu, hal ini menjadi penyebab anak sakit pasca bermain tanah atau pasir.

Sesungguhnya, bermain pasir atau tanah tidak membuat anak sakit maupun demam. Jika orang tua benar-benar menjaga kebersihan anak. Sebab, kebersihan adalah sebagian daripada iman.

Jadi, anak boleh bermain tanah atau pasir ya Mom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun