Akhirnya dalam waktu sesingkat-singkatnya, tiga hari pelatihan. Kejar tayang ceritanya. SKS menurut mahasiswa (sistem kebut semalam). Para petugas sensus lama tidak kesulitan untuk beraksi di lapangan. Sedangkan saya dan empat orang lainnya, sangatlah kesulitan. Banyak tahapan cacah yang kurang dipahami.Â
Opsi bertanya pun sering saya lontarkan. Syukurnya, petugas sensus lama sangatlah baik hati. Rela memberi arahan. Kata mereka, kamu saya (kita) adalah tim dalam wilayah ini. Jadi, harus kerja bersama (teamwork).
Adoh, cek dawane ceritane. Kapan marine. Selak ngaleh pemaosmu!
Sedikit banyak dari cerita tersebut. Kita bisa menyimpulkan, bahwasanya bergaul dengan orang yang berbeda usia dapat memberikan kedewasaan dalam berpikir. Mereka sudah terlatih akan kekejaman dunia. Nasihat selalu keluar dari lubuk hatinya. Mengarahkan generasi penerus agar tak terjatuh di lubang yang mereka lalui dulu.
Pergaulan lintas usia membentuk kepribadian diri kita menjadi lebih arif bijaksana.
Transfer ilmu, percontohan akhlak yang wajib diteladani (jujur, percaya diri, tanggungjawab), dan pola komunikasi hangat nan bersahabat.
Nyamankah pergaulan lintas usia?
Jujur. Sangatlah nyaman. Sebab kita bakal dapat ilmu yang belum pernah kita dapatkan di bangku sekolah. Mereka adalah guru. Guru kehidupan.
Pertama, pergaulan lintas usia membawa pertukaran keahlian.
Ketika generasi atas masih gaptek teknologi dan kebingungan mengimplementasikan pada kehidupan, terutama beban tugas pekerjaan. Kita sebagai generasi bawah yang lihai teknologi, hadir memfasilitasi mereka agar lebih mengerti penggunaan teknologi (gawai, laptop, hingga perangkat lunak penyetoran hasil kerja).
Kedua, pergaulan lintas usia memperbaiki nilai kemanusiaan.
Budaya tolong menolong masih lekat dalam kepribadian golongan tua. Sedangkan, kita (golongan muda) mulai melupakan fondasi budaya nenek moyang. Maka, nilai kemanusiaan kembali dituturkan agar kehidupan di masa depan jauh lebih baik.
Ketiga, pergaulan lintas usia mempererat persatuan kesatuan bangsa.
Dengan eratnya relasi kemanusiaan lintas usia bahkan sara, akan jauh memperkokoh dasar bangsa Indonesia berdiri. Sebab rasa persatuan dan kesatuan tumbuh dalam jiwa kalangan muda. Selalu membela tanah airnya, di mana pun berada.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!