Sekolah kala pandemi tak menyenangkan sama sekali. Siswa luntang-lantung tanpa didikan sang guru. Orang tua yang kudu bekerja siang malam, sekarang kudu turut belajar membimbing anak dalam hal ilmu pengetahuan. Memang tak menampik, bahwa orang tua sejatinya guru pertama sang anak. Tapi, kurang asyik saja.
Sebagian orang di Indonesia membebankan pengajaran dan pembelajaran kepada pihak sekolah. Guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, dan Kementerian Pendidikan RI. Orang tua angkat tangan untuk masalah memberi ilmu pengetahuan yang sejatinya itu keahlian guru. Tak heran bila orang tua tak menyukai sistem belajar semacam ini terus menerus.
Pendidikan jarak jauh yang dipaksakan hadir saat ini, minim riset. Semua satuan pendidikan, siswa, guru, orang tua, dan kemdikbud menjadi kelinci percobaan massal.Â
Andaikata, dulu 2010 kita berproses membuat suatu kurikulum pendidikan jarak jauh dengan mencontoh salah satu perguruan tinggi yang ahli dibidang pendidikan jarak jauh—Universitas Terbuka. Niscaya, kurikulum 2013 saat ini adalah kurikulum berbasis pendidikan jarak jauh.
Ketika saat ini, harus ada dan memang diperlukan suatu kurikulum pendidikan jarak jauh. Kita jatuh, kita merangkak lagi. Dunia pendidikan kehilangan porosnya.
Syukur saya ucapkan kepada insan pendidikan negeri ini, mereka mampu menyusun satu per satu fondasi pendidikan jarak jauh. Meski banyak lobang-lobang yang kudu ditambal. Dengan keluarnya banyak solusi dan instruksi pembenahan yang datang tiba-tiba. Penggunaan KTSP. Kesetiaan pada kurikulum 2013. Pilihan wajib menggunakan kurikulum darurat (kondisi khusus). Opsi kurikulum mandiri. Semakin membuat terombang-ambing.
Ribet dan ruwet. Tapi harus dijalani. Ini ujian, bukan cobaan.
Masalah pendidikan saat ini, sangat banyak. Semakin menumpuk. Orang tua, siswa, guru, dan para petinggi negeri Pertiwi saling menyalahkan dan tak mau dicap salah.
Akan tetapi, menurut Mas Ozy V. Alandika pendapat saya memicu polemik baru. Saya sadari, iya. Tak terbayangkan bagaimana suntikan pembodohan tengah disiapkan negara jika menuruti pendapat saya. Peserta didik semakin jauh dari ilmu pengetahuan. Orang tua menyalahkan pemerintah. Siswa kegirangan. Ricuh akhirnya.