Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kebiasaan Baru: Siswa Lebih Enjoy Main Game

2 Agustus 2020   20:35 Diperbarui: 2 Agustus 2020   20:39 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar dari rumah telah berlangsung selama empat bulan lebih. Kebiasaan baru ini banyak mendapat protes. Terutama para orang tua/wali murid yang mengeluhkan soal paket data internet dan smartphone.

Sinau tekan omah bukanlah ajang latihan IQ bagi anak didik. Sebab, tak ada materi yang dijelaskan langsung oleh sang guru malah tugas harian semakin banyak. Tiap hari pasti ada tugas. Hal ini tak sebanding dengan materi yang disajikan. Sarana dan prasarana pembelajaran saja tak lengkap. Mau mengharap nilai tugas bagu? Mimpi saja.

Karena banyaknya tugas yang diberikan guru pada sistem belajar dari rumah mengakibatkan siswa atau peserta didik menjadi stress, jenuh, bosan, malas, bahkan marah-marah. Yang hal ini  guru tak tau sama sekali. Buta. Kami orang tua seakan angkat tangan atas masalah ini.

Bukan malah mendidik siswa dengan memberi asupan ilmu pengetahuan dan akhlak malah mencongkel satu demi satu tabiat yang telah tertanam kokoh. 

Anak jadi malas belajar. Anak jadi suka marah. Anak jadi enggan sekolah. Anak jadi kehilangan tata krama terhadap guru dan orang tua.

"Dengan tugas tumpukan. Bikin puyeng. Tambah stress. Mending main game aja," kata anak tetangga dekat rumah (kelas 4 SD).

Apa yang dikatakan anak tersebut tak sepenuhnya salah. Mengingat kebiasaan baru: guru suka memerintah. Jelas, kata-kata tersebut terlintas secara spontan dan tanpa ada rasa berdosa secuil pun.

Game online maupun offline lebih dulu hadir sebelum korona bahkan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah atau belajar via daring. Game memberi alternatif hiburan atas kesuntukan dan kejenuhan peserta didik.

Di luar sana masih banyak macam hiburan di internet, tapi game menempati posisi pertama dan paling banyak diunduh.

Tugas yang tak karuan dengan tenggat mepet, menimbulkan anak didik santai-santai saja. Mereka menyadari betul bahwa sekolah macam begini tak enak. Apalagi di usia  mereka yang ingin terus bermain lumpur. Maka tak heran, jika anak di rumah sering main game ketimbang mengerjakan tugas daring yang hanya butuh dua puluh menit saja.

Dewan guru yang terhormat,

Jangan salahkan anak-anak kami (orang tua maupun wali murid) yang selalu terlambat mengirimkan tugas bahkan tak mengikuti pembelajaran. Kami di sini (di rumah) menjadi guru dadakan, layaknya tahu bulat yang digoreng dadakan. Memikul beban berat untuk terus menggiring anak-anak dalam menyelesaikan kewajibannya.

Dewan guru yang terhormat,

Maafkan anak-anak kami yang telah mengacuhkan kalian. Lebih enjoy main game daripada mengerjakan tugas. Lebih asyik nonton video daripada presensi tiap pagi. Lebih aktif buka WhatsApp daripada membaca buku digital. Maafkan dan terima kasih.

Perlu kajian mendalam dan matang jika sistem pembelajaran daring atau belajar dari rumah dipermanenkan. Ingat, anak-anak butuh tegur sapa, canda tawa, dan sesekali bermain riang pada bangku sekolah. Terutama sekolah dasar dan anak usia dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun