Kala pandemi ini, pemerintah tetap menjalankan tahun ajaran 2020/2021 berbasis digital. Pembelajaran daring. Saya mengira akan keluar keputusan tentang penundaan tahun ajaran. Tenyata tidak. Tetap bergulir meski penuh keterbatasan dan ketergopohan sana-sini.
Belajar dari rumah. Suatu hal yang menjadi jawaban atas permasalahan mengajar. Tapi, protes wali murid datang silih berganti. Mengadu soal tidak mampunya membeli smartphone hingga hasil pembelajaran macam ini.
Alhamdulillah, ada satu program yang mampu mengatasi sistem belajar kala pandemi yang menuai banyak protes tersebut. Program itu ialah guru sambang.
Program pembelajaran ini menempatkan guru seperti halnya guru les/guru privat yang datang ke rumah peserta didik untuk melakukan pembelajaran.
Sambang sendiri adalah istilah dalam bahasa Jawa yang bermakna kunjung. Artinya, guru berkunjung ke rumah siswa-siswinya. Door to door.
Pada program ini, siswa dan guru harus mematuhi protokol kesehatan pencegahan penularan korona. Ia, kudu pakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan jaga jarak bahkan pakai penutup wajah bening itu.
Guru sambang adalah program yang diluncurkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang guna menjawab segala protes wali murid. Program ini telah disuarakan ke masyarakat pada 23 Juli 2020. Namun, terealisasi pada hari ini—Senin, 27 Juli 2020.Â
Salah satu wali murid mengaku bahwa program ini sangat baik bagi anak. Selain, sang guru sendiri yang memberikan arahan kepada anak juga sebagai sarana tatap muka antara guru dan siswa. Meredam rindu. Teramat lama tak jumpa bapak ibu guru.
Program guru sambang tak serta merta dilakukan begitu saja layaknya tatap muka normal. Program ini bukan berarti guru memberikan pembelajaran di rumah siswa dengan peserta didik penuh. Bukan. Guru sambang ini dibatasi kegiatannya. Setiap harinya, seorang guru kelas/wali kelas menghampiri kelompok belajar yang dibentuk institusi tiap satuan pendidikan. Maksimal hanya 5 peserta didik. Sedangkan yang lainnya, tetap belajar daring. Secara sederhana, guru sambang bergantian belajar tatap muka dengan kelompok belajar lainnya.
Meski bergantian disambang sang guru. Wali murid dan siswa merasa senang, sebab terbantu dalam pembelajaran. Orang tua yang notabene lupa terhadap materi sekolah bisa ditolong melalui program ini. Anak-anak yang kesulitan belajar sangat terbantu adanya guru sambang.
Program guru sambang dilakukan mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini, TK/RA, SD/MI, dan SMP/MTs di Kabupaten Lumajang. Bertahap tapi membuahkan hasil.
Program semacam ini mungkin dapat diterapkan pada satuan pendidikan pada daerah lain. Karena kendala jaringan internet dan keterbatasan kepemilikan gawai dalam mendukung pembelajaran daring.Â
Dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan dalam segala aktivitas pembelajaran, niscaya kita semua terhindar dari covid-19.
Guru memiliki tugas mendidik peserta didik dengan sebaik-baiknya. Guru sambang merupakan model pembelajaran tatap muka di era new normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H