Pendidikan adalah proses pembelajaran seseorang dalam memahami suatu kondisi atau gejala pada kehidupan nyata. Pembelajaran berarti tahapan seseorang untuk dapat mengerti perihal kajian yang dipelajari. Mempelajari adalah keadaan seseorang melakukan kegiatan membaca dan menulis.Â
Membaca artinya menggunakan mata untuk melihat objek dan otak untuk menginterpretasi objek serta mengambil makna suatu objek, sedangkan menulis artinya menggunakan otak sebagai alat berpikir dalam menuangkan gagasan melalui tangan berupa tulisan-tulisan yang memiliki ilmu atau makna akan peristiwa. Jadi, membaca dan menulis merupakan awal terciptanya suatu pendidikan.
Membaca tidak hanya sekedar melihat susunan alfabet di atas lembar putih tetapi jauh lebih dari itu, yakni memahami isi tulisan bahkan mampu mengkritisi bahasan tulisan yang telah dibaca. Membaca adalah unsur pertama dan utama dalam menyerap beraneka ragam ilmu dari manapun. Tanpa membaca tidak ada satu orang pun di muka bumi ini yang pandai dan cerdas. Albert Einstein adalah seorang yang genius, dan ia memeroleh dengan cara membaca.
Menulis tak sebatas menumpahkan tinta pada bidang datar, melainkan merangkai alfabet satu demi satu sehingga terbentuk suatu tulisan yang menampilkan ide penulis dalam menyampaikan isi bahasan pada pembaca. Menulis merupakan unsur pertama dan utama dalam memaparkan rangkaian alfabet hingga berbentuk suatu tulisan untuk dipahami dan dikritisi oleh pembaca.Â
Selain itu, menulis juga merupakan kegiatan menuangkan segala macam gagasan yang dapat dijadikan pedoman dan acuan terhadap pendidikan  untuk  menambah  ilmu.  Raden  Ajeng Kartini,  yang merupakan seorang penulis tersohor di masanya, selalu menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan hingga mampu mengubah pandangan orang Belanda terhadap kaum pribumi saat itu.
Membaca bukan saja melihat, tetapi juga menerka dan mengkritisi tulisan yang tidak sesuai dengan pola pikir kita terhadap bahasan yang disajikan penulis. Menulis tak hanya menggoreskan ujung pena pada kertas, melainkan mengubah pola pandang kita terhadap pemikiran yang disampaikan penulis mengenai suatu kajian.Â
Membaca dan menulis itu ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan dan saling mengungguli, sebab keduanya harus berjalan berdampingan agar membentuk suatu kemampuan dan keterampilan dalam jiwa setiap insan.
Literasi atau kegiatan membaca dan menulis ini memiliki kedudukan penting dalam dunia pendidikan. Tanpa kehadiran keduanya, dunia pendidikan itu ibarat ruang hampa tanpa isian  dan tak bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia. Literasi memegang peran kunci pada dunia pendidikan yakni, sebagai fondasi yang memberikan kekuatan dalam membangun dan membentuk dunia pendidikan bagi semua orang.Â
Tak berhenti di situ, literasi juga merupakan tulang punggung pendidikan, sebab hanya dengan literasi semua orang dapat mengenyam pendidikan walau tak harus berada dibangku sekolah dan karenanya tercipta manusia pandai dan cerdas. Maka dari itu, sangat penting membudayakan kegiatan literasi dalam kehidupan masyarakat untuk membangun dunia pendidikan bagi seluruh manusia.
Indonesia sebagai salah satu negara yang mengedepankan pendidikan, ternyata mengalami kendala berupa penurunan tingkat literasi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya nilai serap kemampuan akademik dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh menurunnya minat baca dan tulis pelajar.Â
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan terhadap sepuluh siswa-siswi di desa Kedungmoro Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur dengan dua latar belakang lembaga pendidikan berbeda (SD dan MI), ternyata hanya dua siswa yang melakukan kegiatan literasi, baik di sekolah maupun di rumah. Sangat miris sekali jika melihat cermin literasi yang berlangsung selama ini, namun itulah bukti kegiatan literasi yang ada di dunia pendidikan Indonesia saat ini.
Salah satu cara untuk meningkatkannya yaitu dengan membudayakan kegiatan literasi sebelum jam pelajaran dimulai baik pada tingkat sekolah bahkan di perguruan tinggi. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan  kembali minat baca dan tulis masyarakat Indonesia.Â
Selain itu juga sudah mulai bermunculan organisasi dan komunitas yang sering menggelar seminar dan forum diskusi tentang literasi dalam dunia pendidikan, seperti Forum Lingkar Pena, Graha Sastra Lumajang, dan Memo Semarang Comunity.
Kondisi krisis literasi dalam dunia pendidikan di Indonesia sudah mulai menyebar luas, tanpa disadari berimplikasi terhadap pola perilaku masyarakat Indonesia yang asal-asalan dalam mengemukakan pendapatnya.Â
Karena pada dasarnya, masyarakat Indonesia kurang memiliki wawasan dan pengetahuan akan suatu peristiwa yang sedang dibicarakan, sehingga dalam melontarkan argumentasi atau pendapat seringkali bertentangan dengan fakta dan data yang terjadi di lapangan.Â
Selain itu, kondisi krisis literasi ini juga berpengaruh terhadap tulisan beberapa penulis yang kadang tidak berdasar kepada pedoman penulisan suatu bacaan atau tulisan, sehingga menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat.
Selain program gerakan literasi nasional yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, tampaknya  ada  satu  celah yang  bisa dimanfaatkan oleh semua kalangan dalam meningkatkan kegiatan literasi pada masyarakat yakni dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.Â
Pada zaman digital ini, seharusnya literasi menduduki puncak utama dalam segi sosial kultural, akan tetapi penggerak upaya ini sangat minim. Mereka yang bergerak pada bidang literasi digital seperti blogger atau narablog di Indonesia sangat kecil, dikarenakan karena pengunjung blognya yang sepi peminat sehingga para narablog banyak yang tidak aktif dan mengakibatkan literasi digital pun tidak berjalan optimal.Â
Turunnya minat baca pada literasi digital ini diakibatkan oleh banyaknya permainan digital seperti mobile legends dan pubg. Namun, bukan berarti dengan banyaknya kendala yang terjadi, meredupkan upaya peningkatan kegiatan literasi dalam dunia pendidikan di Indonesia.Â
Oleh karena itu, sangat diharapkan peran aktif masyarakat dalam melakukan sosialisasi kegiatan literasi pada anak sedini mungkin, sehingga kelak akan tercipta budaya literasi dan membawa Indonesia pada peradaban manusia yang berwawasan luas sebagai dampak literasi selama ini.
Dunia pendidikan yang kokoh dan kuat dibangun atas dasar literasi yang kokoh dan kuat pula, sebab pada hakikatnya literasi adalah fondasi dunia pendidikan yang membawa suatu kemajuan bangsa di tengah perkembangan zaman saat ini.Â
Indonesia telah berupaya membangun dunia pendidikan yang lebih baik, kokoh, dan kuat atas masalah turunnya minat baca dan tulis masyarakat dengan menggalakkan program gerakan literasi nasional, agar mampu mendorong tingkat kegiatan literasi dalam masyarakat Indonesia yang akhirnya dapat membangun kemajuan bangsa Indonesia di era mendatang.Â
Perlu ditekankan kembali, bahwa kegiatan literasi bukan sekedar kegiatan belajar membaca dan menulis, melainkan kemampuan dan keterampilan membaca dan menulis yang harus dimiliki oleh seluruh manusia agar mampu mengubah pola pemikiran suatu masalah yang terjadi, sebab mampu memberikan cakrawala baru dalam perkembangan manusia itu sendiri.Â
Dengan demikian, literasi adalah jiwa dalam dunia pendidikan yang mampu membangun dan membentuk dunia pendidikan yang lebih baik, kokoh, dan kuat di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H