Bagaimana tidak? Sejak 13 Juli 2020, tahun ajaran 2020/2021 di tengah pandemi covid-19 diselenggarakan secara daring. Tentu menjadi persoalan di kalangan wali murid pedesaan. Mengingat kualitas SDM, kemampuan ekonomi, dan melek teknologi masih rendah.
Pembelajaran daring bagi wali murid pedesaan adalah hal baru yang perlu dipelajari. Sebab, perkembangan zaman dan teknologi makin berkembag pesat dan tak mungkin sistem pendidikan terus terpaku pada model konvensional.Â
Mau tidak mau, wali murid pedesaan mempersiapkan segala kebutuhan pembelajaran demi mengasah keterampilan dan kemampuan putra-putri tercintanya.
Untuk menyediakan kebutuhan pembelajaran daring, wali murid harus merogoh rupiah paling banyak satu setengah juta rupiah di awal bulan pembelajaran daring.
Pertama, membeli smartphone/telepon pintar. Sarana utama yang mesti ada dan harus tersedia. Untuk membelinya saja, wali murid pedesaan harus menyewakan tanah garapannya selama setahun atau terpaksa ngutang pada bang jeguk/rentenir. Pengorbanan tiada tara wali murid pedesaan bagi kecerdasan putra-putrinya.
Kedua, menafkahi smartphone/telepon pintar dengan paket data internet tiap bulan. Paling sedikit 50 ribu rupiah melayang untuk mencukupi kebutuhan pembelajaran daring.
Kewajiban wali murid tersebut adalah ujung tombak pendidikan di era pandemi.
Mengapa tidak, pemerintah saja tak memberi dana insentif atau dana yang kiranya meringankan beban wali murid, seperti dana buat beli paket data internet, dana buat beli telepon pintar, bahkan dana pendidikan lainnya. Minimal sediakan sarana internet gratis melalui salah satu provider bagi keberlangsungan pembelajaran daring.
Rendahnya pengetahuan terhadap teknologi menyebabkan wali murid pedesaan sukar mengoperasikan telepon pintarnya sebagai sarana pembelajaran daring. Tak heran, jika terjadi keterlambatan jam belajar daring.
Manfaat pembelajaran daring tak optimal. Mengingat telah masuk minggu kedua pembelajaran daring. Wali murid mengeluhkan bahwa putra-putrinya kadang tak mengerti materi pembelajaran. Lain halnya saat situasi normal, putra-putri wali murid dapat memahami materi yang diberikan bapak ibu guru dengan baik.
Wali murid pedesaan hanya mengharapkan minat dan bakat putra-putrinya dikembangkan, diasah, dan dimantapkan melalui pendidikan.
Kiranya nanti, putra-putri pedesaan mahir mengolah sejengkal sawah ladang di kampung sendiri. Syukur alhamdulillah, lebih-lebih menjadi pemimpin di negeri tercinta---Indonesia.
Tolong bapak ibu guru, tuntunlah putra-putri kami melalui pendidikan yang terang agar memberi maslahat bagi nusa dan bangsa. Tak bisakah kau lihat besarnya pengorbanan kami baik sebelum pandemi, disaat pandemi, dan setelah pandemi kelak. Kami titipkan baik buruk putra-putri kami padamu, bapak ibu guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H