Saya ada kisah nyata, mungkin dapat menjadi pembelajaran bagi kita—kakak/orang tua—dalam mendidik dan mendukung kreativitas anak. Kemarin, adik menggambar sesuatu yang cukup mengejutkan saya. Ia menggambar sebuah pasar/kerumunan orang dengan langit berwarna oranye.
Saya pun bertanya-tanya, "kenapa langitnya warna oranye?"
Kita pun tau bahwa langit pasti akan diwarna biru. Saya sempat marah, tapi dia terus menyelesaikan gambarannya. Akhirnya, ia cerita. Alasan yang cukup mengejutkan bagi saya, bahwa langit warna oranye itu menandakan adanya kebakaran. Saya diam seribu bahasa. Mematung dan hanya mengangguk-anggukan kepala.
Dari cuplikan cerita di atas, kita tahu bahwa imajinasi anak tak selamanya sama dengan diri kita. Ia lebih jauh berpikir ke depan dengan mengindahkan kebiasaan lama. Langit pasti berwarna biru, eh diganti warna oranye/kemerahan. Ya pasti kagetlah. Ternyata, ada rahasia dibalik warna yang anak goreskan.
Maka, biarkanlah anak menggambar dan mewarnai sesuai dan sesuka imajinasinya. Kalau sudah selesai menggambar, tanyakan kejanggalan yang ia perbuat. Benar, ia akan berimajinasi lagi dan lagi.
Kita cukup perhatikan perkembangan kreativitas anak, mengarahkan kepada hal baik, dan memberi dukungan atas kehendaknya. Sebab, kita tak punya banyak alasan untuk menghentikan imajinasi anak. Anak sangat identik dengan imajinasi. Walau tak menutup kemungkinan, kita pun dengan usia saat ini memiliki imajinasi. Tuangkan!
Oke, jangan marah dulu pada anak, ketika ia menggambar hal yang di luar kebiasaan. Lihat dan pahami polanya, baru komentar. Kita akan terkejut atas hasil dan alasan sang anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H