Mohon tunggu...
Bayu Angganugroho
Bayu Angganugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Penggerak Swadaya Masyarakat

Hobi memancing dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Burung Kulik

23 Januari 2024   09:00 Diperbarui: 23 Januari 2024   09:41 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Setelah dirasa tidak akan ada gangguan lagi, Mas Soleh berpamitan dengah Mbah Minto untuk pulang ke desanya. Maklum, ibunya yang sudah sepuh tidak ada yang menemani walaupun kemarin sudah dititipkan kepada pak dhenya  yang tinggal di sebelah rumah. Pagi-pagi mas soleh turun gunung diantar oleh khamid. Tapi ketika turun gunung mas Soleh kembali terpesona dengan banyaknya suara burung beraneka macam yang menjadi hiburan baginya. “Mas Khamid besok kapan lagi aku ke sini ayo nangkap burung bareng.” Kata mas soleh ke Khamid. Yang diajak bicara hanya mengangguk saja sambil meneruskan langkah.

Berhari-hari setelah pulangnya mas soleh tidak terjadi peristiwa apapun. Tetapi kembali lagi pada malam jumat kliwon, gangguan kembali terjadi. Makhluk halus yang beberapa waktu lalu berhenti meneror warga desa muncul kembali. Bahkan kali ini lebih berani dengan mengganggu para peronda di pos ronda. Kembali lagi mbah Minto pusing kepalanya mendengar kabar tersebut. Di meminta sartono untuk menjemput Mas Soleh lagi.

Apes, Sartono tidak dapat menjumpai Mas Soleh karena sedang pergi mengantar Ibunya ke kota dan menginap disana. Sartono pulang dengan masgul, perjalanannya pulang pergi tidak menghasilkan bahkan dia harus pulang kemalaman sampai desa. Hati sartono semakin ciut ketika suara Adzan maghrib terdengar, sedangkan burung kulik juga mulai bersuara malam itu. Jalan desa yang biasanya dia berani melewati jadi seakan mencekam. Malam itu dia menggunakan lampu senter pinjaman dari mbah Minto. Satu-satunya senter yang dimiliki warga desa. Mendekati batas desa tiba-tiba lampu senter itu padam. Mata Sartono mau tidak mau terpengaruh dengan kegelapan malam itu. Sambil terus berjalan diikuti sinar bulan separuh.

Ketika hendak mendekati gapura desa, mata sartono tertuju pada pos ronda yang agak jauh lokasinya. Disana peronda kosong, hanya ada lampu minyak yang menyala disana. Tapi karena itulah Sartono dapat melihat sesosok bayangan putih berkelebatan dari arah luar desa. Sesosok tersebut memperlihatkan seperti pocong yang nampak di film-film horor. Melihat penampakan itu, Sartono hendak melarikan diri tetapi kakinya seperti kaku. Bagaimana tidak, wajah hitam dipadu bentuk hantu pocong itu pasti menakutkan bagi kebanyakan orang. Lalu pocong tersebut berhenti di dekat sebuah rumah dan menghilang diantara gangnya. Sartono yang sudah sadar dari ketakutannya lalu berlari kearah rumah Mbah Minto.

Dengan memberanikan diri, Kepala desa yang sudah sepuh itu bersama sartono berjalan menuju tempat hilangnya pocong tadi. Mereka berdua membawa masing-masing sebuah bambu kuning sebagai alat untuk melindungi diri konon benda itu dapat mengalahkan segala makhluk halus dan hewan berbisa. Walaupun dapat mereka berdua sadari bahwa jika memang lawannya adalah makhluk halus belum tentu mereka berani menghadapinua.

Mbah Minto dan Sartono berputar-putar sekeliling desa. Tanpa sengaja mereka berdua melihat seseorang mengendap-endap keluar dari sebuah rumah dan menuju pinggiran desa. Setelah itu muncul pocongan lagi, tanpa menunggu lama mereka berlari menuju pocong tersebut sambil mempersiapkan sarungnya untuk menangkap sosok putih tersebut. Begitu sosok pocong itu masuk kedalam sarung, tanpa ampun mereka pukuli sosok itu setelah mendorongnya jatuh ke tanah. Mbah Minto lalu berteriak kencang agar mengundang warga desa yang masih di dalam rumahnya untuk keluar. Tak lama kemudian bersama dengan warga desa sosok pocong itu dibawa beramai-ramai ke rumah mbah minto. Disana orang-orang mengikat pocong itu disebuah kursi dan dengan penuh penasaran meminta mbah minto membuka wujud asli pocong tersebut.

Mereka semua terkejut, bahwa yang selama ini dianggap pocong tersebut hanyalah penyamaran dari Sutejo. Dia adalah warga dari desa Dadap yang agak jauh dari desa Gunung Alihan. Dia adalah perangkat desa disana yang ternyata tertarik pada pesona Minah anak Mbah Yem. Karena dia sudah menikah maka dia mencari cara agar dapat mendekati minah yang sudah janda tanpa ketahuan orang. Kebetulan suasana desa yang masih kalut akibat kedatangan buronan kemarin mendukung sehingga dia mendapatkan ide untuk menyaru jadi pocong agar dapat mendatangi Minah. Hanya saja kedatangannya yang pertama malah membuat lik Dar yang kebetulan lewat dekat rumah mbah Yem kaget dan akhirnya meninggal dunia. Bukannya kapok kelakuan Sutejo malah menjadi-jadi. Demi bertemu dengan pujaan hatinya dia terus berkedok makhluk halus agar menghindari digrebeg warga. Meskipun demikian Sutejo harus berurusan dengan pihak berwajib karena secara tidak langsung membuat mbah Yem meninggal sekaligus membuat suasana tidak tentram di Desa Gunung Alihan.

Sudah dua bulan berlalu semenjak itu, ketentraman warga desa Gunung Alihan sudah kembali setelah rumor makhluk halus yang mengganggu sudah dapat dipecahkan. Pada malam itu walaupun burung kulik kembali berbunyi para peronda tidak merasa takut lagi. Sartono yang malam itu ikut berjaga tidak dapat mengalihkan pandangannya kearah barat desa dimana terdapat padang ilalang. Matanya seperti terpaku kearah itu. Sekalipun melihat ke arah lain, tapi kembali lagi ke arah padang ilalang itu. Dan benar saja, malam itu dia melihat lagi sosok putih bergerak menyusuri padang ilalang tanpa arah tujuan. Apakah itu? Sartono tidak tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun