Mohon tunggu...
Bayu C Pamungkas H
Bayu C Pamungkas H Mohon Tunggu... -

Penunggang Vespa, Pecandu alam, Menulis dan memotret

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Langit Oktober

17 Oktober 2014   21:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:39 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap ingatan di kepalaku adalah peta,

yang menunjukkanku ke arah pelukanmu

Aku ingin setiap saat memelukmu,

seperti sepi mengunjungi puisi

dan pada derasnya,

hujan bisa menjelma apa saja; seperti debu yang dihempas rintiknya, ia membentuk bayangmu

Dalam tungku matamu, aku kayu bakar penghangat sepimu

Kau tertidur pulas aku terbakar sendiri

malam ini, aku dan rindu duduk di teras rumah memandang hujan,

tiap tetesnya terus meremah bayangmu

Di langit Oktober, aku melihat hujan tenggelam di matamu,

bersama rindu dan sebait puisi sendu

Rintik pertama hujan mengetuk pelan pintu depan

"Aku pulang," kata kenangan

Lalu sajak ini aku tulis

Tuhan menciptakan rindu untuk memberi napas bagi sajak-sajakku

Sedihmu: pengintip puisi paling jeli

Kupeluk bintang yang menyisir rambutmu,

sebagai kunang yang berhias di cahaya matamu

Kelak, cinta akan bertahan pada tugur musim,

tak terhapus gerimis yang sebentar

tangkap kami, cinta, penjarakan kami di dalam waktu yang membahagiakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun