Mohon tunggu...
Bayu Santossa
Bayu Santossa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kajian Sosiologi Seni Mural dan Manusianya

12 Desember 2017   18:04 Diperbarui: 13 Desember 2017   07:54 2811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen. Berbeda dengan graffiti yang lebih menekankan hanya pada isi tulisan dan kebanyakan dibuat dengan cat semprot maka mural tidak demikian, mural lebih bebas dan dapat menggunakan media cat tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar.

Di berbagai Kota besar di Indonesia Lukisan dinding atau mural telah menjadikan karya seni sebagai bagian dari pemandangan Kota. Lukisan dan isu politik di gabungkan dan di sebarkan diseluruh dinding kota, membawa karya seni kehadapan ribuan orang, dari awal kemerdekaan Indonesia hingga saat ini kita masih dapat menyaksikan mural-mural menghiasi dan menutup dinding tembok dan bata di sudut kota menjadi sebuah bentuk protes atau hanya sekedar bentuk ekspresi eksistensi seorang seniman mural, mural diperkotaan terkadang tidak diketahui orang, sering dianggap remeh, atau hanya menjadi renungan bagi seseorang dijalanan kota yang ramai.

Mural juga mempengaruhi masyarakat, mural bisa dipikirkan, merangsang orang untuk lewat untuk mempertimbangkan konteks dan konten didalamnya, mural seringkali mewujudkan pesan sosial dan politik dalam desain mereka. D0alam praktiknya hal ini akan memunculkan potensi untuk membuat marah dan membingungkan penontonya, Mural pernah digunakan sebagai propaganda efektif dalam menyebarkan semangat melawan Belanda. 

Mural pada masa itu muncul dengan membawa nilai-nilai persatuan, dan tuntutan untuk dilakukannya reformasi di Indonesia. kini mural mural yang ada menginspirasi generasi muda untuk rehat sejenak dari kegiatan sehari-hari mereka dan menengok kegiatan lain yang mungkin dapat mereka lakukan, mural yang ada di dalam kota memobilasi masyarakat untuk mengartikulasikan mimpi, mengukapkan frustasi, dan mengekspresikan diri.

Makalah ini menjelaskan bagaimana proyek seni mural dapat membangun ikatan komunal di pusat kota yang penuh dengan perbedaan ras, sosial, dan ekonomi; bagaimana mereka dapat membangun modal sosial dan intelektual pada pemuda dan bagaimana mereka dapat meningkatkan persepsi fisik dan kualitas lingkungan perkotaan dan Makalah ini tidak mencoba menjelaskan teknik dari bentuk seni itu sendiri sebaliknya, ia melihat seni mural dari perspektif kebijakan publik.

Seiring berkembangnya gaya hidup masyarakat di Indonesia kini mural mulai meningkatkan fungsinya di lingkungan industry, banyak seniman mural yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan multinasional, kedekatan mural dan gaya hidup masyarakat juga dapat di rasakan dengan efektivitas mural sebagai bagian pendukung interior caf, restaurant dan bahkan Hotel. 

Seniman mural lebih membuka diri untuk berkarya namun ada pula seniman mural yang meranggapan bahwa mural seharusnya tetap berisi protes dan tetap melanggar hukum, seorang seniman mural pantang bersanding dengan pemerintah dan kapitalisme, tidak ada yang salah karena setiap seniman memiliki pandangan tersendiri untuk karyanya makalah ini juga akan membahas tentang fungsi mural bagi industry, keterikatannya dengan manfaat dan sejauh mana dapat mempengaruhi manusianya.

Selain menggunakan metode penelitian kualitatif , dengan bukti yang berasal dari lapangan, wawancara pribadi, dan kunjungan langsung ke lokasi Mural penulis melakukan satu pendekatan keilmuan teori, yaitu teori dari Karl Marx , Karl Marx menggunakan pendekatan materialisme historis mempercayai jika penggerak dari sejarah manusia meurpakan konflik kelas. Marx berpendapat jika kekusaan serta kekayaan yang ada tidak terdistribusi merata di dalam masyarakat sehingga membuat adanya kaum penguasa dengan memiliki alat produksi yang selalu terlibat masalah oleh kaum buruh yang mengalami eksploitasi.

Ilmu sosiologi Marxis lebih menjelaskan mengenai kapitalisme yang mana produksi komoditas dapat mempengaruhi keseluruhan dari pengejaran keuntungan. Hal ini karena nilai-nilai produksi telah meresap ke segala bidang hidup. Tingkat keuntungan yang didapat akan menentukan berapa banyak layanan yang akan diberikan. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Marx jika infrastruktur ekonomi akan sangat menentukan suprastruktur.

Pendekatan sosiologi Marxis memang memiliki kesimpulan mengenai ide pembaruan sosial yang mana sudah dibuktikan sebagai ide yang cukup cermelang di abad XX, berikut ini rinciannya.

  • Masyarakat dibangun dengan dasar konflik
  • Masyarakat harus dilihat sebagai bentuk totalitas di dalam ekonomi yang mana menjadi faktor dominan.
  • Penggerak dasar dari segala perubahan sosial yang ada adalah ekonomi.
  • Perkembangan serta perubahan sejarah tidak terjadi secara acak namun bisa dilihat dari hubungan antara manusia dengan kelompok ekonomi.
  • Individu memang dibentuk masyarakat namun bisa mengubah masyarakat itu sendiri melalui tindakan yang rasional dengan didasarkan pada premis--premis ilmiah.
  • Bekerja di lingkup masyarakat kapitalis bisa menyebabkan keterasingan.
  • Melalui kritik yang ada, manusia bisa memahami serta mengubah posisi dari sejarah mereka sendiri.

(sumber https://materiips.com/tokoh-sosiologi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun