Sebuah riset berjudul Proposing the Communicate Bond Belong Theory: Evolutionary Intersections With Episodic Interpersonal Communication, menunjukkan bahwa orang yang setidaknya mengobrol dengan satu teman dalam satu hari memiliki rasa bahagia di penghujung hari. Melalui percakapan, kita bisa mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan, dan lebih terhubung secara sosial.
Jeffry Hall selaku peneliti sekaligus pakar hubungan pertemanan dan seorang profesor komunikasi dari University of Kansas, mengatakan bahwa orang-orang yang memilih untuk melakukan banyak obrolan berkualitas memiliki hari-hari yang lebih baik dan sejahtera. "Semakin banyak kamu mendengarkan temanmu, semakin banyak kamu menunjukkan perhatian, dan semakin banyak kamu meluangkan waktu untuk menghargai pendapat orang lain, maka semakin baik pula perasaan kamu di penghujung hari.", kata Hall dikutip dari Earth.
Perlu digarisbawahi bahwa obrolan yang dimaksud oleh Jeffry Hall adalah obrolan berkualitas, bukan sekadar basa-basi apalagi sampai melakukan obrolan yang berat sebelah. Sebagai orang yang memiliki latar belakang pendidikan komunikasi, saya sering kali mendapati orang-orang terlalu senang membicarakan dirinya sendiri sehingga tidak cukup memberikan perhatian kepada lawan bicara.
Percayalah, bahkan orang yang paling introvert sekali pun jika ia sudah diminta untuk bicara, ia akan dengan senang hati membicarakan banyak hal tentang dirinya. Sudah sifat alami manusia untuk berbicara dan memiliki hubungan sosial dengan orang lain.
Perbedaan mendasar antara orang introvert dan ekstrovert dalam hal mengobrol adalah mereka memiliki jangkauan yang berbeda tentang seberapa banyak orang yang bisa mereka layani dalam satu kali kesempatan. Katakanlah orang ekstrovert bisa meladeni 10 orang teman dalam satu kali percakapan, di sisi lain orang yang cenderung introvert mungkin hanya bisa menghadapi 1-3 orang lawan bicara.
Tips Mendengarkan Secara Aktif
Perlu diakui bahwa saat ini skill mendengarkan ini sudah menjadi bahan baku percakapan yang hampir musnah. Orang-orang terlalu sibuk untuk menunjukkan siapa dirinya. Nyatanya, mendengarkan dengan sungguh-sungguh merupakan komoditas yang langka dan suatu berkah yang sangat besar, karena kita memberikan aset yang paling berharga kepada orang lain: Perhatian kita.
Saya percaya bahwa bagaimana pun obrolan yang berkualitas dimulai dari cara kita mendengarkan lawan bicara. Hanya orang egois yang maunya didengarkan tanpa mau memberikan perhatian kepada lawan bicara. Jika kamu menemukan teman yang seperti itu, saya sarankan untuk mencari partner ngobrol yang lain.
Lantas bagaimana untuk menjadi seorang pendengar yang lebih baik?
Mengutip buku The Communication Book, terdapat sebuah teknik komunikasi yang disebut "Mendengarkan secara Aktif" (Active Listening) yang dipelopori oleh Carl Rogers dan Richard Farson pada tahun 1957. Mendengarkan secara aktif ini mengandung lima teknik, sebagai berikut:
Dengarkan, Jangan Ikut Bicara
Hal pertama yang perlu kamu lakukan sewaktu mengobrol dengan teman adalah tidak ikut bicara, atau orang Indonesia lebih familiar dengan sebutan "adu nasib".Â
Jika mereka berbicara tentang sulitnya pekerjaan mereka, jangan mulai bicara tentang seberapa keras kehidupan kariermu. Jika mereka berbicara tentang buruknya kisah cinta mereka, jangan katakan betapa sedihnya kamu sewaktu ditinggal pasangan. Itu tidak sama. Tidak pernah sama. Semua pengalaman bersifat individu. Dan yang lebih penting, itu bukan tentang kamu.
Jangan Menyelesaikan Kalimat Lawan Bicara
Beberapa orang cenderung tidak sabaran hingga tidak segan untuk melengkapi kata, kalimat, atau pemikiran lawan bicara mereka. Memang menjengkelkan bila harus meladeni orang yang berpikir dan berbicara lambat, tapi cobalah untuk menahan diri untuk mencela atau menyelesaikan perkataan orang lain, sekali pun kamu merasa itu untuk menunjukkan rasa empati.
Bahasa Tubuh Memiliki Banyak Makna
Belajarlah untuk mengenali bahasa-bahasa tubuh yang umum dilakukan di lingkungan kamu. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui budaya yang berlaku di masyarakat sekitar, agar kamu tidak menggunakan bahasa tubuh yang salah.
Berikut beberapa bahasa tubuh yang umumnya bisa kamu gunakan sewaktu mengobrol dengan teman:
- Tataplah lawan bicara kamu, namun jangan dengan pandangan yang kosong
- Mengangguklah sebagai tanda kamu setuju atau paham dengan omongan mereka
- Bersikaplah sesuai dengan topik obrolan. Tunjukkan sikap antusias bila lawan bicara bercerita tentang betapa bahagianya mereka setelah mendapat promosi di kantor. Sebaliknya, tunjukkan sikap penuh simpati bila ia bercerita tentang keluarganya yang mendapat musibah
- Perhatikan nada suara agar obrolan tetap relevan dengan topiknya. Suara yang tinggi untuk obrolan yang penuh semangat, dan suara yang rendah untuk obrolan yang menyedihkan
- Pastikan posisi tubuh dan wajah menghadap ke orang yang sedang bicara
Kenali Hal-hal Kecil
Perhatikan setiap momen penting dari cerita yang disampaikan lawan bicaramu, kemudian ungkit kembali untuk menunjukkan ketertarikanmu.
Kamu bisa menggunakan rumus 5W+1H yang biasa digunakan jurnalis dalam menulis berita untuk menggali lebih dalam cerita dari lawan bicara. Sebagai contoh, bila temanmu bercerita tentang masa lalunya, cobalah untuk menyinggungnya kembali setelah dia selesai bercerita.
"Tadi kamu mengatakan bahwa kamu memiliki hubungan yang erat dengan ayah, apa saja kegiatan yang biasa kamu lakukan dengannya di waktu luang?"
Kamu juga bisa menyertakan emosi dan perasaan yang sesuai dengan kondisi obrolan kalian. Jika lawan bicaramu terlihat sedih karena baru saja diputuskan oleh pacarnya, ketahui dan sampaikan simpati.Â
"Aku paham kamu pasti sedih sekali ditinggal pacar yang sudah kamu temani selama lima tahun ini...,"
Dengan begitu, lawan bicara akan tahu bahwa kamu benar-benar mendengarkan mereka. Lebih jauhnya lagi, mereka tahu bahwa kamu memahami perasaan mereka.
Jadilah Seorang teman, Bukan Hakim
Tahanlah hasrat untuk memberikan nasihat atau solusi pada lawan bicara. Tentu saja, kecuali bila mereka secara khusus memintanya. Kembalikanlah percakapan ke bagian cerita yang penting, menyenangkan, atau berkesan.
"Bagaimana menurutmu jika kamu kelak memiliki anak? Apakah kamu yakin bisa menjadi orang tua sebaik ayahmu?". "Bagaimana rasanya menjadi karyawan terbaik bulanan di kantor?".
Kamu juga bisa mendorong mereka untuk terus berbicara dengan menanyakan, "Bagaimana kejadian selanjutnya?", "Kapan tepatnya peristiwa itu terjadi?", dan "Menurutmu, kenapa hal itu bisa terjadi?".
Epilog
Memang tidak setiap orang diberkahi kemampuan komunikasi yang baik. Tidak setiap orang mampu menciptakan topik obrolan yang menarik. Tapi, setiap orang bisa menjadi pendengar yang baik.
Jika kita sudah bisa mejadi pendengar yang baik, seiring dengan waktu, kita akan bisa menjadi komunikator yang sama baiknya. Mendengarkan secara aktif menjadi hal yang baik untuk dilatih mengingat sekarang orang-orang mudah teralihkan oleh ponsel mereka sewaktu berada di tengah percakapan.
Di mana tempat yang cocok untuk melatih kemampuan mendengarkan dan mengobrol ini? Kamu bisa menemukan partner untuk mengobrol di salah satu platform belajar bahasa HelloTalk. Aplikasi ini sempat saya bahas di artikel sebelumnya.
"Hadiah paling romantis adalah mendengarkan kecemasan orang lain selama satu jam, tanpa menghakimi atau memberikan 'solusi' seperti yang dilakukan seorang analis." - Alain de Botton (Author and Public Speaker)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H