Berdasarkan data dari Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 408.347 kasus perceraian yang terjadi sepanjang 2023. Dari banyaknya faktor, perselisihan/ pertengkaran menjadi penyebab utama perceraian di Indonesia (61.67%). Diikuti oleh masalah ekonomi dan meninggalkan pasangan di nomor dua dan tiga. Meski demikian, saya dan banyak warganet di media sosial percaya bahwa perselisihan/ pertengkaran itu dipicu juga oleh keadaan ekonomi yang mencekik.
Tapi, marilah kita kesampingkan terlebih dahulu kemungkinan tersebut. Anggaplah perselisihan/ pertengkaran ini dipicu oleh suatu hal di luar aspek ekonomi. Bisa jadi karena masalah komunikasi, ekspektasi terhadap pasangan yang tidak terpenuhi, hingga waktu kebersamaan yang kurang. Bila memang seperti itu, maka kita bisa berasumsi bahwa masalahnya berakar pada fondasi hubungan yang goyah.
Fondasi hubungan yang tidak kokoh bisa melahirkan berbagai masalah turunan yang lebih besar dan bermuara pada perceraian. Oleh karena itu, saya merasa terpanggil untuk mengantisipasi kemungkinan kasus perceraian baru di masa depan, melalui empat fondasi hubungan yang perlu diperhatikan setiap pasangan dalam menjalin hubungan asmara.
Berikut empat fondasi hubungan yang dapat membantu kamu untuk membangun hubungan asmara yang lebih mapan bersama pasangan.
1. Compatibility and Chemistry
Menurut markmanson.net, Compatibility merupakan potensi jangka panjang dari dua individu yang menjalin hubungan romansa. Compatibility yang tinggi biasanya berasal dari beberapa faktor seperti kesamaan gaya hidup dan nilai-nilai. Sederhananya, orang yang liberal cocoknya dengan orang liberal dan orang agamis cocoknya dengan orang agamis. Kecil kemungkinan orang agamis akan mengencani orang liberal, jika pun ada, sepertinya hanya tinggal menunggu waktu sebelum orang agamis tadi mengkafir-kafirkan pasangannya.
Beberapa area yang termasuk dalam compatibility di antaranya: Prioritas hidup, preferensi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dianut dalam hidup yang sifatnya jangka panjang dan kecil kemungkinan berubah seiring dengan bertambahnya usia. Ini semacam visi hidup yang sudah dirancang sejak usia muda.
Sedangkan Chemistry menurut masterclass.com, adalah hubungan emosional antara dua orang. Chemistry memiliki banyak bentuk dan bisa berubah seiring dengan bertambahnya usia hubungan. Pasangan yang memiliki chemistry yang bagus akan membuat hidup menjadi penuh warna, karena ia menciptakan rasa senang, aman, dan rasa hormat pada hubungan tersebut. Â
Ibaratnya compatibility adalah karbo, protein, dan lemak yang kita perlukan untuk hidup jangka panjang, maka chemistry adalah rasa pedas, rasa manis, dan rasa asinnya. Chemistry akan menentukan se-boring atau se-happy apa kalian dalam menjalani hubungan dengan pasangan.
Beberapa area yang termasuk dalam chemistry antara lain: Â Kecocokan dalam humor, cara pasangan menanyakan kabar kita, cara pasangan memeluk kita, dan semua hal yang membuat kita ngerasa nyambung atau tidak nyambung dengan sang pasangan.
2. Komunikasi
Dibandingkan poin lainnya, saya kira poin Komunikasi menjadi modal yang paling murah. Kamu hanya perlu mulut untuk melakukannya (atau tangan untuk beberapa orang dengan situasi tertentu). Meski terlihat mudah, nyatanya komunikasi menjadi sangat krusial dalam menjalin hubungan asmara. Komunikasi yang buruk akan menuntun hubungan ke arah perpisahan, atau lebih buruk dari itu, perpisahan yang diiringi oleh makian dan cacian dari orang yang selama ini kita sayangi.
Pada dasarnya, komunikasi yang baik selalu menjadi faktor kunci dalam setiap hubungan kita dengan sesama manusia. Namun, dalam konteks ini kita bisa anggap bahwa komunikasi dalam ranah asmara akan sedikit banyak menjadi lebih penting karena umumnya kita akan senantiasa berkomunikasi dengan pasangan kita sepanjang waktu.
Menurut Forbes.com, seseorang dapat disebut memiliki komunikasi yang baik apabila mereka mampu mendengarkan dan memperhatikan pasangan, mendengarkan dengan tujuan untuk memahami bukan untuk melawan, memvalidasi pikiran dan perasaan pasangan, berani bertanya, dan memahami perspektif pasangan sekali pun berbeda dengan kita.
Sementara itu, orang yang memiliki komunikasi yang buruk memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Menginterupsi pasangan, bertindak pasif agresif, menebak-nebak perasaan pasangan, membuat ancaman, berdebat berulang kali tentang topik yang sama, menyimpan dendam, dan meninggikan suara ketika mengobrol.
Komunikasi yang terbuka dan jelas tentunya bisa dipelajari oleh setiap orang, meski waktu yang dibutuhkan berbeda-beda. Berikut beberapa tips dari Betterhealth.vic.gov.au untuk meningkatkan kualitas komunikasi dengan pasangan:
- Membangun persahabatan. Belajarlah untuk berbagi pengalaman, minat, dan perhatian kepada pasangan. Jangan lupa sertakan apresiasi dan penghargaan untuknya;
- Berbagi keintiman. Keintiman tidak melulu soal hubungan seksual, tapi juga tentang menjalin kedekatan dan keterikatan dengan pasangan melalui momen-momen bersama seperti membuatkan bekal, atau membawakan minuman untuk pasangan setelah pulang kerja;
- Menemukan isu yang bisa dibahas bersama. Cobalah untuk membahas tentang hal-hal fundamental seperti tujuan hidup, gaya parenting, atau manajemen keuangan bersama.
3. Give and Take
Bayangkan kamu berada dalam sebuah hubungan asmara dengan gadis idaman yang selama ini kamu dambakan. Kamu mulai memberikan banyak hal pada si gadis. Waktu, emosi, tenaga, pikiran, hingga uang (baik dalam bentuk tunai maupun hadiah). Kamu merasa bahagia bisa memberikan itu semua kepadanya, sama bahagianya dengan yang ia rasakan. Ah akhirnya gue ada di hubungan yang selama ini gue inginkan. Begitulah isi pikiranmu saat itu.
Namun, setelah beberapa lama, kamu mulai menyadari bahwa si gadis idaman tidak membalas hal-hal yang selama ini kamu berikan kepadanya. Ia hanya menikmati 'pelayanan' ala ratu yang kamu berikan, hingga lupa bahwa kamu juga menginginkan hal yang sama. Bayangkan, berapa lama kamu bisa bertahan dalam hubungan tanpa timbal balik?
Menurut Psychologytoday.com, hubungan yang sehat dibangun dengan rasa saling memberi dan menerima, kedua pasangan mau memberikan dukungan, dorongan, kasih sayang, bahkan sumber daya pribadi tidak hanya di masa bahagia, tetapi juga selama masa-masa sulit, sedih, atau kecewa. Kata kuncinya adalah "saling", pastikan bahwa pasangan memberikan perhatian yang sama banyaknya seperti yang kamu berikan. Bila ternyata ia tidak mampu memberikan itu, sepertinya sudah saatnya kamu mengevaluasi apakah sang gadis idaman itu menganggap kamu sebagai pasangan atau seorang pelayan?
4. Momen
Momen kebersamaan tentu menjadi hal yang paling dinantikan oleh setiap pasangan kekasih. Ia menjadi waktu berharga untuk saling berbagi cerita setelah penat dengan aktivitas masing-masing seharian. Di lain waktu, momen bersama pasangan menjadi waktu berharga yang akan dikenang di kemudian hari. Entah di masa tua atau di masa-masa move on dari si dia.
Dalam buku The Five Love Languages, penulis Gary Chapman memasukan Quality Time sebagai satu dari lima bahasa cinta. Ia mengatakan bahwa Quality Time berarti "kebersamaan bersama pasangan". Kebersamaan yang tidak hanya duduk satu meja di cafe, tetapi yang paling penting adalah fokus terhadap pasangan kita. Sebuah kesia-siaan bila kamu meluangkan waktu untuk quality time bersama pasangan, tapi alih-alih menciptakan momen berharga, malah sibuk dengan smarphone-nya masing-masing.
Jadikanlah waktu bersama pasangan untuk  lebih meningkatkan kualitas hubungan kalian. Ajak pasangan untuk membicarakan hal-hal yang asik, penting, dan mendesak untuk dibahas, seperti kebutuhan dan keinginan satu sama lain, manajemen konflik yang diharapkan, atau sekadar mengevaluasi hubungan agar lebih bergairah di masa-masa jenuh.
Lalu bagaimana dengan pasangan yang menjalani Long Distance Relationship (LDR)? Untungnya kita tidak hidup di awal abad 18, begitu banyak tools yang bisa kita pakai untuk lebih mendekatkan diri dengan pasangan tanpa harus bertemu secara langsung. Video call, Zoom meeting, atau situs untuk nonton bareng bisa kalian gunakan untuk menciptakan quality time bersama pasangan.
Epilog
Saya percaya dan yakin, kompasianer yang membaca tulisan ini tidak akan menjadikan empat fondasi di atas sebagai satu-satunya panduan untuk menjalani hubungan asmara, lalu berharap hidup bahagia selamanya seperti dalam film-film Disney. Tulisan ini semata-mata sebagai pemicu bagi pasangan-pasangan di luar sana untuk terus belajar dan berkembang di tengah masalah yang kian mendera seiring dengan bertambahnya usia hubungan. Konsistensi menjadi kata kunci dalam mengimplementasikan poin-poin di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H