Mohon tunggu...
Batubara Punya Bara
Batubara Punya Bara Mohon Tunggu... -

- "Tukang Bingung" - "kosong adalah berisi - berisi adalah kosong"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meresapi Kekurangan Pribadi

30 Oktober 2013   17:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:49 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13831305971108178864

[caption id="attachment_275145" align="aligncenter" width="274" caption="Sebuah dokumentasi pertunjukkan Pekerja Seni Kampus (PSK), Teater Lawas dalam Lakon Laskar Godlob (Adaptasi dari Cerpen Danarto) Karya Efvhan Fajrulllah"][/caption] Bingung-merasa tak mampu dan selalu merasa kekurangan disana-sini. itulah yang diinginkan pada proses teater untuk setiap kadernya. Namun, kekurangan yang dimaksud jangan disalah artikan, karna disini orang-orang yang digodok di gubuk geliatnya pekerja seni selalu tercipta merasa kekurangan, kekurangan akan sesuatu yang membuatnya untuk selalu berbuat dan mencari-cari lagi demi melunasi dan melengkapi kekurangan yang dirasa, baik secara individu maupun komunitas. Kekurangan itu hanyalah ketika kita berbicara karena belum terbiasa, saat kita sudah mengetahui dan memahami sebanyak apa kekurangan yang dimiliki. Maka, berawal dari kekuranganlah akan muncul kekuatan sesungguhnya. Memang akan membutuhkan ruang-waktu dalam memproses diri untuk mengetahui seluk-beluk hal yang terasa-dirasa maupun diperasa-i hingga pada gerak-kata. Nah, kita ketahui sendiri semua itu tentu tidak akan hadir dan muncul secara sendiri maupun secara instan. Maka, peng-intensitasan komunikasilah yang mesti dimula dalam pergerakan awal, dan jelas jangan sekedar-ala kadar-paksaan belaka. Apalagi setiap sela acap kali mengedepankan improvisasi ke-egoan yang begitu mencuat. Bukan malah mempermulus proyeski pemolesan akan kekurangan satu sama lainnya, malah makin "mem-pertakut dan memperkeruh" hingga mendzolimi aku-kamu bahkan sampai pada ranah "KITA". Tiap tindak maupun gelak menggeliat dalam permulaan maupun nantinya dapat dikatakan sudah ter-biasa bahkan sampai pada 'pro-fesoinal' pun, tentu hal kemonotonan acap kali muncul dan akan selalu terselingi saat kejenuhan yang merubung. Apalagi saat diri berjuang meredam rontakan hasyrat yang mau tidak mau untuk bertolak dari yang ada akan keberadaan 'ego'. Namun, ingatlah itu sekadar geli-gelian, pemanis buatan (plus) bulu halus semata yang memang sudah sengaja terkonsep pada hidup kita untuk menyetubuhi apakah ini betul aku-saya atau kita! Sebenarnya, pada inti dan hakekatnya sebuah peristiwa gejolak diri itu akan plong dan tak-kan terkekang bahkan sampai mengonak duri jikalau "kita" dapat mengaplikasikannya melalui penjelmaan gerak-kata yang terkemas dalam rubrik komunikasi yang responship dan se-intens-intens mungkin, karna gerak-kata merupakan kendaraan berimaji seseorang dalam mengeskplorkan sesuatu. berimaji boleh cuma jangan terlalu sering-apalagi kelamaan.^.^hEH.... Ya....walaupun, sedikitnya kedepan akan sedikit berdampak kredo ke-AKU-an, setidaknya itu harus diakui karna itulah yang akan terjadi apalagi sampai nantinya terbesit motivasi simpang-siur, cara berpola berbeda, pilihan sadar setidaknya sebijak mungkin dan tujuan maksud tetap terjurus terarah-terkonsep dan tertunaikan sesuai keberadaan cita-cita adat perdapuran yang telah dibuat. Penciptaan kesemuanya dimulai dari diri-dipolakan akan keberadaan dan bukan dibuat unjuk "kesuhuan ataupun ketokohan". Ya...meskipun pada akhirnya harus nanti "tidak terlihat, tidak terdengar bahkan sampai tak terjamah-apalagi tak tertoreh. Yang jelas-utama pengharapan awal semuanya sama, yaitu: "menciptakan 'aktor' yang bukan sekedar mampu 'ber-tegak' di atas panggung-pemameran diri semata". Karna pada akhirnya yang akan dicapai dan dinanti-nanti ialah pemunculan "keutuhan dan keberadaan karakter sosok-SAYA" dalam penempatan jati diri yang sesuainya dengan seada-adanya, tanpa mengurangi yang sesungguhnya. (BARA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun