Mohon tunggu...
M E Lazuardi
M E Lazuardi Mohon Tunggu... Lainnya - Diver

Diver, tinggal di Bali, dan bantu toko online istri. www.anandabaran.weebly.com; @neirapockets; batuankrypton.wordpress.com; @marinesia_lestari

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kepedulian

13 April 2014   16:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak  tahu apakah ada penelitian yang melakukan survey mengenai seberapa peduli penduduk suatu negara terhadap hal-hal seperti tidak membuang sampah sembarangan, berkendara dengan baik di jalan, membukakan atau menahan pintu untuk orang lain, tersenyum dll.

Kalau dibilang rendahnya kepedulian lingkungan karena kemiskinan, aku gak sepakat. Perhatikan aja, banyak mobil mewah melaju, buka kaca jendela dan wuiss.. kertas tisu, botol minum, plastik kresek terlempar sedemikian rupa.

Seberapa tinggi atau rendah, faktanya banyak sampah di sekitar kita. Banyak sampah di sepanjang trek pendakian gunung yang notabene yang mendakipun mengaku pecinta alam.

Pernah aku nyetir dengan kawan, dan kawanku dengan santai buka kaca jendela trus mau buang botol minum. Buru-buru aku stop eee jangan-jangan. Dengan santai pula dia bilang, wah kalau di daerah sini dilarang yah. Kaget asli. Rupanya ada orang yang menganggap hal itu wajar apalagi selagi tidak ada larangan. Ternyata sosialisasi mengenai kepedulian ini juga gak banyak, baik di tv maupun media lainnya.

Kalau lihat liputan banjir di tv. Mata tertumbuk pada sampah yang menghambat pintu air di sungai dan o em jiiii (kata anak2 sekarang)…. Sofa hingga kasur springbed nongkrong di sana. Orang mana yang begitu tega membuang di sungai ya. Jelas orang tersebut tidak pedulian. Nah bisa jadi gak pedulian tentang sampah juga ada kaitannya gak pedulian di jalan. Limbung kanan limbung kiri tanpa lihat baik-baik pengemudi yang lain. Belok kanan lampu sein kiri masih nyala. Kalau diingetin marah dan kalau kita yang minta maaf mereka bisa lebih marah lagi, dianggap kalau dengan minta maaf berarti kita yang takut. Hehe, lucu yah.

Nah, gimana caranya ya membangkitkan kepedulian itu. Karena orang juga sebenarnya sadar kalau sampah bisa menyebabkan banjir, sarang penyakit dan secara estetis juga gak bagus. Mungkin karakter kita kali ya yang kalau belum kejadian, gak akan nyadar-nyadar. Atau tetep gak nyadar kalaupun dah kejadian. Nah, makin susah kan.

Mungkin solusinya memutus generasi tersebut dan mendidik generasi yang masih muda untuk lebih peduli. Hmm.. berarti caranya harus masuk ke sekolah-sekolah SD dan bikin program perubahan perilaku yang bener-bener tertanam bagi anak-anak tersebut.

Nah, contoh lagi. aku pernah liat anak pake seragam pramuka buang sampah dari sepeda motor yang melaju. Kemungkinannya ada dua. Anak tersebut tidak pernah diajarkan peduli lingkungan dalam kepramukaan atau dasar anak tersebut yang tidak pedulian. Kalaupun ada program kepedulian lingkungan di sekolah, ini juga masih ada tantangannya. Kalau anak-anak tersebut kembali ke lingkungannya masing-masing, maka bukan tidak mungkin sifat kepedulian yang udah ditanam tersebut luntur. Hmm. Aku pikir ini juga tanggung jawab pemerintah. Berhubung masyarakat kita adalah penonton TV, buatlah banyak-banyak iklan layanan masyarakat tentang kepedulian lingkungan, tentang sikap jujur, tentang sikap saling menghargai, tertib berlalu lintas atau bikin iklan layanan masyarakat yang menginformasikan bahwa cantik itu bukan berarti kulit putih merona dan rambut lurus hitam berkliau (gemes dengan banyaknya iklan ini yg kelewat aku).  Nah nah, kalau yang terakhir ini lain kasus lagi. Tapi layak dibahas nanti. Any idea?

*Saya mengucapkan terima kasih banyak dan salam sejahtera buat para petugas kebersihan, dan pemulung di tempat sampah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun