Sandingkan pemikiran positif dengan norma yang berterima umum di masyarakat. Seburuk-buruknya tatanan sebuah masyarakat pasti terdapat norma yang ditoleransi dan diterima sebagai kriteria "baik" dalam masyarakat tersebut. Menyandingkan pemikiran positif dengan norma yang berkembang dalam masyarakat secara umum dapat menetralkan pemikiran positif yang berlebihan.
Sebagai contoh, berkunjung ke rumah teman lawan jenis sampai larut malam karena harus menyelesaikan sebuah laporan. Berpikir positif bahwa kedatangan yang dilakukan sifatnya karena adanya tugas memang dibenarkan. Akan tetapi harus dipertanyakan kewajarannya berdasarkan norma kesopanan yang berkembang di masyarakat. Mungkin kegiatan bisa dilanjutkan secara daring atau dilanjutkan pada jam bertamu yang wajar di keesokan hari akan lebih pantas. Dalam hal ini, menyandingkan pemikiran positif dengan norma sosial dapat mengkontrol agar tetap pada koridor seimbang.
Sandingkan pemikiran positif dengan pemikiran logis. Pemikiran logis tidak selamanya akan bersifat kejam atau bernilai kaku dan terlalu keras. Pemikiran logis adalah penyeimbang dari pemikiran yang terlalu melibatkan perasaan
Ketika menghadapi sebuah permasalahan, hendaknya dipertimbangkan dengan akal sehat dan memberikan ruang untuk berpikir secara logis dalam menanggapi perasaan. Hal ini akan membantu menciptakan pemikiran positif yang sehat, yang seimbang dan tidak berujung menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H