Masa sulit tengah kita hadapi. Tahun 2021 yang sejak dinyalakan kembang api tengah malam pergantian tahun itu segala permasalahan telah menanti. Mengiringi perjalanan pandemi Covid-19 yang sedemikian banyak mencatatkan kematian, bencana alam seperti tidak mau kalah. Sepanjang Januari -- Maret 2021 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) mencatat sejumlah 354 kejadian bencana banjir, 197 musibah angin puting beliung, 155 musibah tanah longsor, 78 musibah kebakaran hutan, 13 musibah gempa bumi, 12 kejadian gelombang pasang & abrasi, dan kasus kekeringan. Ditambah lagi saat ini semakin banyak terungkap kasus pelecehan dan kekerasan seksual, tidak tertinggalkan kasus penyimpangan seksual yang semakin merajalela.
Kabar kematian tersiar setiap hari. Ribuan nyawa melayang. Kematian sepertinya menjadi tidak sakral lagi ya.
Harga diri seperti hanya bualan, ditelan nafsu yang merusak. Rasa malu dikebiri. Rasa kemanusiaan seperti hilang, asing tak dikenal.
Kondisi carut marut ini menjadikan mental semakin sensitif. Sedikit goncangan meluruhkan kewarasan. Sedikit kekurangan merontokkan kesyukuran. Sedikit kesedihan menumbuhkan keputusasaan. Isu mental health menjadi trending saat ini. Bersyukur, semakin banyak wadah sosial yang peduli terhadap kesehatan mental. Kampanye tentang mental health mulai marak mengisi rak-rak toko buku dan kolom-kolom media sosial.
Kamu adalah agennya sekarang! Entah siapapun kamu, inilah saatnya kamu membenahi dirimu sendiri sebelum kamu membuat perubahan yang lebih luas.
Perhatikan ini, wahai kamu...
Hidup adalah kepingan permasalahan. Masalah satu selesai, muncul masalah yang lain. Beralih masalah hari ini, berulang muncul masalah yg kemarin. Tugasmu adalah menyelesaikan masalah demi masalah itu. Lalu apakah hidup hanya akan berkutat dengan masalah, mencari solusi, selesai, lalu bertambah masalah lagi? Bagaimana jika satu masalah belum selesai sudah bertambah masalah yang lain? Dua masalah? Tiga masalah? Empat masalah?
Tidak. Tidak semua permasalahan harus selesai saat ini juga.
Tetapi jangan kamu hidup hanya mencari kebahagiaan. Gagal mendapatkan kebahagiaan lebih pedih kecewanya. Biarkan kebahagaiaan datang sendiri. Tidak perlu terlalu dicari, apalagi diharapkan. Jika kamu berani berharap pada dunia kamu harus siap dengan kepedihan yang sangat dalam.
Lalu hidup mencari apa? Mencari kesusahan? Susah tidak perlu dicari, susah sudah datang bertubi-tubi. Itu hanya perasaanmu saja karena terlanjur tidak menyukai hidup susah. Coba renungkan dalam-dalam. Benarkah kamu benar-benar kesusahan? Sepertinya tidak. Biasa saja. Banyak yang lebih susah hidupnya dari kamu.
Yin dan yang. Hidup itu seimbang, ada susah ada senang. Hiduplah berdampingan dengan keduanya. Terimalah kesenangan, nikmatilah kesusahan. Hidup memang isinya seperti itu. Kamu harus kuat, setidaknya untuk dirimu sendiri.
Biarkan dirimu tenang dalam susah dan biarkan dirimu beristirahat saat senang. Tidak perlu terlalu heboh. Hura-hura disaat senang dan mengeluh tiada tara disaat susah hanyalah menambah tekanan jiwa yang terlalu dalam. Damaikan dirimu sejenak. Hidup bukan kamu yang ciptakan. Tuhan yang ciptakan.
Kamu hanyalah pemeran cerita. Lakon dalam sebuah skenario. Jadi harus pasrah? Iya, setelah kamu berjuang keras. Tuhan akan memberimu segala sesuatu sesuai apa yang kamu kerjakan, hukum keadilan Tuhan berlaku diluar nalar kamu.
Biarkan pencapaian tertinggi dalam kehidupanmu adalah bisa tidur nyenyak disela-sela permasalahan pelik tengah kamu hadapi. Besok pagi-pagi kamu akan kembali ke medan perang, jadi beristirahatlah saat malam.
Siapkah kamu menjadi agen perubahan untuk dirimu sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H