Insan wisata: Bersiap memasuki fase tatanan kenormalan baru pariwisata, setelah beberapa saat berada dalam dimensi raung dan waktu tak menentu. Karna sebuh virus yang timbul dari mahluk teramat kecil namun membuat semua orang jadi terkucil.
Hasrat untuk segera bebas, lepas dan leluasa untuk menghirup udara segar di alam terbuka bagi kebanyakan masyarakat seolah sudah tak bisa ditawar lagi.
Apalagi, beberapa failitas publik serta tempat wisata baik di luar maupun di dalam negeri sudah mulai dibuka kembali. Namun tetap mengedepankan protokol sesuai yang ditetapkan.
Kemudian, yang jadi pertanyaannya adalah: destinasi wisata yang bagaimana yang  layak dan nyaman ketika fase kenormalan baru itu diterapkan?
Barangkali boleh kiranya di sini saya kasih pandangan bahwa wisata alamlah yang akan jadi pilihan pertama masyarakat untuk berlibur saat masa new normal.
Sebab alam bisa memberikan manfaat yang besar dengan resiko rendah terhadap kesehatan.Â
Alasan lain adalah bahwa alam juga bisa memberikan keleluasaan jarak fisik antara pengunjung satu dengan lainnya.
Meski demikian, untuk sementara dalam beberapa waktu ke depan peminat wisata alam yang dipilih masyarakat sebatas lokasi yang masih bisa ditempuh tidak lebih dari 1 jam, atau katakanlah 2 jam.
Kita mengawali atau mencoba menikmati liburan dengan memilih lokasi yang dekat jaraknya dari tempat kita. Sehingga, kita bisa memilih jalan ke pantai, atau tempat edu wisata yang didukung suasana alam yang asri, atau bisa juga  menikmati suasana bernuansa pegunungan.
Karna "berlibur" liburan ini sangat diperlukan untuk menyegarkan kembali pikiran setelah mengalami kejenuhan, sehingga diharapkan akan menumbuhkan semangat baru.fresh dan enjoy.
Road Trip
Saat ini banyak detinasi wisata yang dilengkapi dengan fasilitas Road Trip. Sebuah istilah untuk perjalanan wisata yang dilakukan dengan mengendarai mobil atau yang sedang marak sekarang menggunakan Jeep Terbuka.
Meskipun anggapan sebagian masyarakat road trip ini memerlukan tenaga dan waktu lebih banyak, namun banyak hal menyenangkan yang bisa didapatkan saat road trip.
Mulai quality time bersama orang terdekat selama perjalanan, bebas berhenti kapan saja, dimana saja dan bisa mengeksplor tempat baru hingga kuliner lokal yang sayang jika dilewatkan.
Beberapa destinasi wisata untuk menyambut new normal pariwisata perlu menyiapkan SOP dan kelengkapan sarana protokorel kesehatan.Â
Melengkapi sarana tempat untuk cuci tangan beserta pendukungya, menyiapkan alat pengukur suhu (Thermo Gun), hand sanitaizer dan sebagainya.
Harus disiapkan pula SOP Protokol kesehatan, kebersihan dan yang terpenting adalah keamanan yang ada di destinasi wisata.
Penerapan SOP tersebut ini bisa memakan waktu lama, bisa satu bulan, bisa dua bulan pasca keputusan dibukanya kembali pariwisata di era kenormalan  baru. Namun begitu, bukan berarti setiap wilayah bisa langsung membuka pariwisatanya di era kenormalan baru.
Standar Operasional Prosedur sektor pariwisata nantinya harus benar-benar diterapkan secara ketat. Jika tidak, pemerintah akan menggunakan kewenangannya tak segan mencabut izin wisatanya.
Pembukaan pariwisata di era kenormalan baru tergantung pada kesiapan daerah masing-masing. Kalau memang sudah siap baik secara mental pengelolanya serta kelengkapan sarana dan prasarananya, baru bisa dibuka kembali untuk kunjungan wisata.
Namun, meskipun pemerintah melalui dinas pariwisata telah menyatakan-memberi ijin dibuka, akan tetapi pihak pengelola sebuah destinasi belum siap, tentu tidak bisa dipaksakan juga.
Penerapan protokol fase kenormalan baru dimaksudkan agar wisatawan nyaman dan tenang saat mengunjungi destinasi yang dituju.Â
Oleh karenanya  fasilitas pariwisata harus benar benar diusahakan memadahi dan layak sesuai standar protokol yang ada
Ini penting,  karna  protokol ini nanti akan menjadi standar dan kultur baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.Â
Strategi penerapannya pun harus dilakukan secara bertahap. Sekiranya anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarananya tidak mencukupi, mengingat hampir tiga bulan tak ada  pemasukan sama sekali. Kalaupun ada sedikit sisa dana kas barangkali sudah digunakan untuk maintenance selama ditutup ini.
Hal pertama yang perlu dilakukan setelah melengkapi sarana dan prasaran di atas adalah simulasi.Â
Selanjutnya lakukanlah  sosialisasi, diteruskan dengan publikasi kepada khalayak. Baru kemudian dilakukan uji coba.
Dalam pelaksanaannya perlu keterlibatan dinas pariwisata yang membidangi permasalahan tesebut. Dengan harapan pelaksanaannya pun bisa lebih terarah dan sistimatis dengan pengawasan yang ketat serta disiplin serta mempertimbangkan kondisi masing masing daerah.
Bagi pengelola destinasi wisata tidak perlu patah semangat dengan adanya rumor Tren pariwisata bergeser ke solo travelling dan staycation.Â
Sebab idealnya wisata itu senang bareng bareng. Di tempat yang ramai menikmati pesona wisata.
Solo travelling dan staycation menurut saya adalah sebuah tren wisata bagi orang orang yang punya kelebihan uang dan cenderung introvert.
So.. itu tidak penting, yang lebih penting sekarang adalah bagaimana agar destinasi wisata kita benar benar siap untuk menyambut fase tatanan New Normal pariwisata sembari berdoa semoga pandemi ini segera berakhir dan keadaan benar benar normal seperti kemaren kemaren. Amin.
***
@Jazir Hamid : Pelaku Wisata
Salam Pesona Indonesia (Wonder Full)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H