Mohon tunggu...
batara tobing
batara tobing Mohon Tunggu... Akuntan - Memperluas dan berbagi wawasan

Purna bhakti ASN

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Oom Simon, Terima Kasih...

4 Maret 2024   12:08 Diperbarui: 4 Maret 2024   19:56 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simon Tahamata mendapatkan aplaus dari anak asuhnya di tim junior Ajax. (TANGKAPAN LAYAR YouTube AFC Ajax via KOMPAS)

Sebuah spanduk besar dengan tulisan "Oom Simon, Terima Kasih" terbentang di Stadion Johan Cruyff Arena, Minggu 3 Maret 2024, saat dua klub besar Belanda FC Utrecht berlaga melawan Ajax Amsterdam.

Sesaat sebelum laga dimulai, memang panitia pertandingan membuat sebuah acara di luar tanding resmi, yaitu perpisahan dengan coach Simon Tahamata yang selama ini menjadi pelatih Akademi Ajax.

Simon selanjutnya akan berkarir sebagai pelatih di Akademi Sepak Bola Deutsche Jerman.

Jadilah Simon hari itu menjadi bintang dan tamu terhormat pertandingan di Stadion Johan Cruyff Arena yang begitu emosional dengan acara dan suasana khusus bagi dirinya.

Fans Ajax memberikan penghormatan untuk legenda keturunan Belanda-Indonesia, Simon Tahamata, dengan spanduk bertuliskan Om Simon, Terima Kasih dalam laga Eredivisie 2023-2024 antara Ajax vs Utrecht di Johan Cruyff Arena, Minggu (3/3/2024) (Dok Ajax Amsterdam via Bola.com)
Fans Ajax memberikan penghormatan untuk legenda keturunan Belanda-Indonesia, Simon Tahamata, dengan spanduk bertuliskan Om Simon, Terima Kasih dalam laga Eredivisie 2023-2024 antara Ajax vs Utrecht di Johan Cruyff Arena, Minggu (3/3/2024) (Dok Ajax Amsterdam via Bola.com)

Mungkin milenial jaman kini tidak begitu mengenal sosok Simon Tahamata ini. Namun bagi para penggemar bola kolonial era tahun 1970 sampai 1980an, sosok Simon Tahamata ini sangat ngetop di Indonesia, yang saat itu bermain di Ajax Amsterdam setelah era Johan Cruyff dan menjadi salah satu keturunan Maluku yang terpilih menjadi pemain sepak bola yang masuk ke tim nasional Belanda, timnas bergengsi sepak bola dunia.

Simon Tahamata adalah pemain sepak bola timnas Belanda keturunan Maluku yang orang tuanya hijrah ke Belanda sekitar tahun 1950an.

Sejarahnya, setelah era kemerdekaan Republik Indonesia, puluhan ribu penduduk Maluku terutama eks tentara KNIL beserta keluarganya 'bedol deso', hijrah ke negeri Belanda untuk menetap di sana. 

Situasi politik saat itu memang menjadikan mereka membuat pilihan untuk menetap di Belanda, beranak-pinak menjadi warga negara Belanda.

Perkembangan selanjutnya sampai dengan tahun 1980an, malah memunculkan semangat sebagian orang Maluku di sana yang menginginkan berdirinya Republik Maluku Selatan. Menjadi persoalan rumit diplomasi dan politik luar negeri yang cukup panjang di era orde lama dan orde baru.

Syukurlah, lambat laun di kemudian hari dalam perkembangan politik dan diplomasi luar negeri Indonesia selanjutnya, isu Republik Maluku Selatan (RMS) ini kian surut. Malahan, beberapa pemain sepak bola Belanda keturunan Maluku yang telah mentas dan berprestasi di liga-liga Eropa menunjukkan minat dan kecintaannya terhadap NKRI dengan kesediaan mereka untuk membela tim nasional Indonesia bertanding ditingkat dunia. Tentu, dengan mengubah kewarganegaraan mereka menjadi warga negara Indonesia. Sesuatu yang positif bagi perkembangan politik, diplomasi, dan perkembangan sepak bola Indonesia.

Kendati demikian, hari-hari ini ternyata proses naturalisasi warga keturunan Maluku dan keturunan Indonesia lainnya di diaspora untuk pulang membela Merah Putih tidak semua mendapatkan respons positif. 

Di saat sidang DPR lalu, misalnya, untuk mendapatkan persetujuan alih warga negara pemain bola Eropa berprestasi diaspora itu untuk mengenakan kaos berlambang Garuda di dada mereka, mendapat pertentangan bila pemain tim nasional sepak bola diisi oleh pemain-pemain naturalisasi. Mereka berdalih ingin mengutamakan pemain lokal. 

Aneh juga, membeda bedakan warganegara eks naturalisasi dengan warganegara sejak lahir. Bukankah bila telah sah menjadi warga negara Indonesia, hak dan kewajibannya telah sama tanpa membeda bedakan suku dan asal keturunan mereka?

Mungkin para legislator yang kurang setuju naturalisasi pemain sepakbola tim nasional sepak bola Indonesia itu tidak pernah tahu sejarah panjang perjalanan politik dan diplomasi Indonesia dalam hal merangkul semua suku dan daerah, termasuk yang berada di mancanegara untuk menjaga utuhnya NKRI dan berjuang membela Merah Putih.

Bagaimanapun, selamat menjalani karier baru di Jerman, tot ziens Oom Simon Tahamata, viel gluck @Deutsch...

***

Batara Tobing.
Tanjungsari, 4 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun