Mohon tunggu...
Bataona Noce
Bataona Noce Mohon Tunggu... Freelancer - Aku... Nanti, kalian akan mengenaliku di sana....

Mencintai bahasa dan sastra, seperti mencintai dirinya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Don Bosco Sebagai Salah Satu Tokoh Pendidikan

4 Juli 2019   19:10 Diperbarui: 4 Juli 2019   20:30 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keceriaan anak-anak muda di BLK Don Bosco Tanggerang (Foto dok. bosco.link)

Pada suatu hari, anak-anak didik Don Bosco pergi untuk berakhir pekan. (Oh iya, Don Bosco memanfaatkan sekolah berasrama -- mereka menyebutnya oratori -- untuk memudahkan dalam mendidik dan pendidik berada dan mendidik sepanjang hari -- belajar, berdoa dan tentunya bermain) Di tengah perjalanan, seorang anak tiba-tiba teringat bahwa dia belum mengucapkan 'bye Don Bosco'. Karena perasaan bersalah yang begitu membebani, anak ini kemudian berbalik arah dan berlari menemui Don Bosco.

"Mengapa kamu kembali?" Tanya Don Bosco ketika melihat anak itu. "Cao Don Bosco... maaf aku lupa untuk mengucapkan itu sebelum berangkat...." jawab anak itu, lalu berlari kembali mengejar rombongan teman-temannya. Don Bosco hanya tersenyum melihat anak itu. Setelah bergabung kembali bersama rombongan, seorang temannya bertanya, "Mengapa kamu berlari kembali ke Oratori?" "Aku lupa mengucapkan Cao kepada Don Bosco." Temannya lalu menertawakannya.

Tahukah anda mengapa Don Bosco dan teman anak itu tertawa? Alasan sederhananya, karena bahasa yang digunakan oleh anak itu dalam memberikan selamat. 'Cao' adalah sebuah ungkapan seperti 'bye-bye' tetapi lebih lazim digunakan kepada teman sebaya dalam kebiasaan anak-anak muda di Turin pada waktu itu.

Kisah nyata sederhana tersebut hanya mau mengatakan bahwa begitu dekatnya Don Bosco kepada anak-anak didiknya. Don Bosco tidak hanya hadir sebagai seorang bapa dan guru, tetapi juga sahabat bagi anak-anak didiknya.

Siapa Itu Don Bosco?
Di Indonesia kita mengetahui ada begitu banyak sekolah (Katolik) yang menggunakan nama Don Bosco. Pernahkah kita bertanya siapa itu Don Bosco? Dan mengapa harus Don Bosco? Yang jelas Don Bosco adalah seorang tokoh pendidikan.

Yohanes Melchior Bosco atau lebih dikenal dengan nama Don Bosco (Foto Wikipedia)
Yohanes Melchior Bosco atau lebih dikenal dengan nama Don Bosco (Foto Wikipedia)


Nama lengkapnya adalah Yohanes Melchior Bosco. Nama 'Don Bosco' diperolehnya setelah ditahbiskan menjadi imam (Katolik) pada tahun 1841. Don ditambahkan pada namanya karena Don dalam bahasa Itali berarti Imam, Romo atau Pastor. Don Bosco dilahirkan pada 15 Agustus 1815, di sebuah desa bernama Becchi, dekat kota Torino, Itali.

Seluruh hidupnya dia baktikan bagi pendidikan kaum muda. Bermula ketika terjadi revolusi industri pada waktu itu. Banyak anak-anak muda yang pindah ke kota Turin untuk bekerja. Karena perpindahan itu berlebihan, mengakibatkan begitu banyak anak muda yang terlantar -- miskin, tidak memiliki tempat tinggal -- dan yang terutama adalah karena mereka tidak memiliki keterampilan untuk bekerja. Maka terjadilah... Don Bosco mengumpulkan semua anak muda di jalanan termasuk juga yang di penjara dan mendidik mereka di sebuah tempat yang bernama Oratori. 

Di tempat inilah Don Bosco mendidik dengan caranya sendiri. Anak-anak tinggal di asrama (oratori). Setiap hari dimulai dengan berdoa, bermain dan pelajaran agama. Don Bosco memberikan banyak waktu bermain kepada anak-anak didiknya. Dia mau agar semua anak selalu disibukkan dan tidak dibiarkan menyendiri. 

Semua itu dengan alasan, agar anak-anak tidak jatuh ke dalam dosa. "Berlarilah, berteriak lah dan melompatlah, asalkan jangan berbuat dosa..." katanya. Don Bosco selalu mempunyai sasaran dalam mendidik, yaitu "untuk menjadikan semua anak muda warganegara yang jujur dan orang beriman yang taqwa kepada Allah."

Bruder Ignas, SDB - Kepala Sekolah SMK Don Bosco Sumba, NTT (Foto dok. SMK Don Bosco Sumba)
Bruder Ignas, SDB - Kepala Sekolah SMK Don Bosco Sumba, NTT (Foto dok. SMK Don Bosco Sumba)

Hingga sekarang karya yang sudah dimulai oleh Don Bosco ini berkembang di 132 negara termasuk Indonesia. Di antaranya adalah SMK Don Bosco Sumba, BLK Don Bosco Tigaraksa Tanggerang dan di beberapa tempat lainnya seperti Surabaya, Jakarta, Blitar dan Purwokerto. (Yang ingin mengetahui lebih, bisa menghubungi penulis ya... Jangan takut, penulis adalah salah satu anggota Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB), penerus karya Don Bosco).

Don Bosco meninggal dunia pada 31 Januari 1888. Sebelum meninggal dunia dia berkata: "Katakanlah kepada anak-anakku bahwa aku akan menunggu mereka di surga."

Sistem Pendidikan Don Bosco

Singkatnya, sistem pendidikan Don Bosco dikenal dengan nama sistem preventif -- bukan represif. Sistem ini dikenal juga sebagai sistem pencegahan. Mencegah anak-anak agar tidak jatuh ke dalam dosa, mencegah anak-anak agak tidak menjadi pengangguran kelak, dan banyak pencegahan lainnya.

Karena selalu berasrama, sistem pendidikan preventif menolak segala bentuk kekerasan terhadap anak. Kita di Indonesia, akhir-akhir ini, sibuk dengan undang-undang agar guru tidak boleh memukul anak didik. Don Bosco sudah memulainya sejak tahun 1840-an. Oleh karena itu, sistem ini selalu berdasar pada tiga pilar: alasan, agama dan cinta kasih.

Alasan. Don Bosco menjunjung tinggi akan alasan. Apapun yang kita lakukan harus ada alasannya, dan anak didik perlu diberitahu, mereka berhak tahu agar mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan sungguh-sungguh.

Agama. Agama adalah bagian penting dari kehidupan. Bagi orang percaya, agama adalah sumber kehidupan. Darinya kita berasal, kita hidup dan kepadanya kita akan kembali.

Cinta Kasih. Tidak ada yang dapat melebihi cinta kasih atau kebaikan penuh kasih. Jika anak didik kita melakukan suatu kesalahan, jangan menegurnya di depan teman-temannya. Panggil dan berbicaralah dengan anak itu empat mata, berilah dia nasihat yang baik. Percayalah dia akan berubah. 

Sejahat-jahatnya seorang anak, dia tetap mempunyai kebaikan di dalam dirinya, meski hanya 'sedikit'. Singkatnya, untuk menerapkan cinta kasih atau kebaikan penuh kasih ini, berusahalah sekaligus menjadi Bapa, Guru dan Sahabat bagi anak-anak didik.

Para penerus karya Don Bosco di Indonesia (Foto dok. bosco.link)
Para penerus karya Don Bosco di Indonesia (Foto dok. bosco.link)


(Selengkapnya mengenai sistem pendidikan Don Bosco akan saya bahas pada artikel selanjutnya)

Secara singkat mengenai Don Bosco dan sistem pendidikannya yang sudah berlangsung sekitar seratus tahun lebih ini banyak mendidik anak-anak muda.

Mereka telah berhasil memenangkan hidup mereka sendiri dan hidup orang lain. Don Bosco sendiri, di kalangan orang Katolik disebut sebagai orang kudus, Santo pelindung kaum muda, tokoh pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun