Merupakan suatu hal yang sangat traumatis ketika menemukan bahwa diri sendiri berada dalam ruang atau rana dicintai. Hal ini merupakan suatu hal yang dapat dikatakan sangat berat, karena ketika menyadari bahwa dicintai, secara tidak langsung seseorang terkekang atau terpenjara dalam rasa dicintai. Bahwa ada jurang pemisah yang memisahkan keduanya, kedua pihak, antara siapa saya sebagai makhluk tertentu dengan suatu unsur abstrak yang menyebabkan rasa cinta itu ada. Jacques-Maria Emile Lacan (1901—1981) sendiri mendefinisikan cinta ini sebagai: “Cinta adalah memberikan sesuatu yang tidak dimilikinya, kepada orang yang tidak menginginkannya.”
Memahami persoalan cinta seperti yang dikonsepkan oleh Lacan sangatlah tidak mudah. Berikut adalah dua contoh film yang menggambarkan cinta sebagai yang memberikan sesuatu yang tidak dimilikinya kepada yang tidak menginginkannya.
1). Film Guillermo Arriaga, 21 Grams, Paul yang sekarat dan hampir meninggal dunia akibat jatungnya yang melemah, memutuskan untuk mengungkapkan cintanya secara luar biasa kepada Cristina, padahal Cristina masih trauma dengan kematian suami dan kedua anaknya belum lama sejak peristiwa itu terjadi. Mendengar Paul mengungkapkan cinta kepadanya, dia langsung pergi tanpa mengatakan sesuatu apapun. Setelah beberapa waktu Cristina kembali untuk bertemu dengan Paul dan menyatakan apa yang ia rasakan dan bagaimana kerasnya sifat dari pernyataan cinta itu.
“Anda tidak bisa datang kepada seorang wanita yang tidak anda kenal dan mengatakan bahwa anda menyuikainya. You can’t. Anda tidak tahu apa yang dialaminya, dan bagaimana perasaannya...” demikian kira-kira kata Cristina kepada Paul. Setelah berkata demikian Cristina memandang Paul, mengangkat tangannya dan mulai menciumi Paul. Jadi hal yang hendak diungkapkan di sini adalah bahwa bukan Cristina tidak menyukai Paul dan tidak berhasrat untuk berhubungan daging, tetapi hak apa yang dimiliki oleh paul sehingga ia membangkitkan hasratnya.
2). Film Stanley Kubrick, Eyes Wide Shut, mengisahkan tentang apa sebenarnya yang diinginkan dari fantasi dan cinta yang dialami oleh Tom Cruise dan Nicole Kidman. Diceritakan bahwa setelah Tom Cruise mengaku pada Kidman tentang pertualangan malamnya dan kenyataan bahwa mereka sedang berada dalam suatu fantasi yang sangat berlebihan. Kemudian setelah dipastikan bahwa mereka telah sadar sepenuhnya, keluar dari rana fantasi yang memerangkap.
Meskipun sadar dan keluar dari fantasi bukan untuk selamanya atau mungkin juga untuk suatu waktu yang lama, mereka akan tetap akan tinggal dalam kesadarannya dan melawan fantasi tersebut. Pada babak akhir dari film ini merupakan kesimpulan dari keseluruhan perjuangan mereka melawan fantasi. Kidman bertanya kepada Tom Cruise bahwa mereka harus melakukan sesuatu sesegera mungkin. “Fuck” adalah jawaban dari semuanya, dan setelah mengatakan itu, film pun berakhir.
Berdasarkan kedua film di atas dapat diketahui apa yang menyediakan koordinat paling mendasar dari kemampuan subjek dari berhasrat. Hal inilah yang disebut oleh Freud sebagai “fantasi fundamental’. Fantasi itu selalu terbentuk (juga melalui ‘cinta’) melalui hasrat atau desire, dan kenikmatan yang diinginkan oleh subjek merupakan tujuan akhir yang diinginkan dalam mewujudkan fantasi yang membuatnya tidak bebas.
Fantasi Lacan
Memahami fantasi dalam konteks yang diperkenalkan oleh J. Lacan membuat siapa saja yang mencintai perfilman atau yang memiliki hobi menonton film akan sangat terbantu untuk mengerti alur psikologi yang terungkap secara tersirat dalam sebuah film. Membaca film dengan kacamata filosofis, itulah yang membuatnya menjadi luar biasa. Fantasi itu merupakan sesuatu yang terjadi dalam realitas namun terlihat seperti bukan sebuah realitas yang kelak membentuk yang namanya desire atau hasrat.
Desire di sini mengajak setiap manusia untuk memproyeksikan fantasi penonton (yang pada saatnya membuat penonton turut secara jiwa dan raga dalam film, karena hal inilah yang menyebabkan seorang penonton dapat berkesimpulan bahwa film yang ditotonnya itu menarik), fantasi penonton diangkat seolah-olah nyata.
Misalnya dalam film Possessed (1931) oleh Clarence Brown, seperti yang dijelaskan oleh S. Zizek, di mana fantasi yang muncul dalam setiap jendela kereta api menggambarkan hasrat yang melihat setiap peristiwa yang melintas dalam benak (jendela kereta). Akan sangat terlihat dalam fantasi hal apa sebenarnya yang diinginkan, karena hasrat akan hal itulah yang paling lama akan bersemayam dalam fantasi, meskipun itu hanyalah sebuah fantasi semata.
Jadi fantasi Lacan di sini mau mengajarkan bagaimana kita melihat fantasi itu dalam diri kita masing-masing melalui film-film psikologi. Sebab, meskipun fantasi itu membuat kita melihat sebuah realitas sebagai yang bukan realitas, namun fantasilah yang sebenarnya membantu kita untuk bertahan hidup, karena melaluinya manusia berhasrat dan pada akhirnya bergairah untuk hidup dan meneruskan hidupnya dengan cinta.
*Baca dan bdk., Ali, Matius. Psikoanalisis Film: Membaca Film Lewat Psikoanalisis Lacan-Zizek. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ, 2010.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H