Mohon tunggu...
Farhan S Basyaiban
Farhan S Basyaiban Mohon Tunggu... Programmer - Basyaiban

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, mereka yang menyukaimu tidak membutuhkannya dan yang membencimu tidak akan percaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sabda Cinta

29 November 2010   00:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I can't stop loving you..

Kabar yang jadi bukti keihlasan dan ketulusan anak manusia
yang menjadi sang pencinta
Hembusan nafasku, nafas sang pencinta
Tak kan habis walau jelajahi seluruh bumi
Degup jantung sang pencinta tak kan berhenti
Walau sabda alam menghimpitnya
Darahku, darah sang pencinta
Tak kan pudar walau lautan mencampurinya
Sang pencinta telah ditakdirkan tuk menebar kasih sayang
Agar mahluq bumi merasakan sucinya cinta
Bahagialah mereka yang telah bermain di taman surga
Taman yang selalu diselimuti kabut asmara

Kini sang pencinta menemukan serpihan jiwanya
Tambatan hati
Permata suci
Pujaan yang terlahir untuk bersenandung dengan sang pencinta
Senandung lirih
Menyatukan kalbu
Karena sang pencinta bersabda:

"27 th lamanya penantianku
Dan sekarang bimbingan malaikat menemukanku
Pada semulya ciptaan
Anginpun akan berhenti berhembus
Ikut merasakan desiran darah sang pencinta
Kabarkan pada dunia hai penghuni langit
Siapa sangka kan menjadi amsal anak manusia
Akan kekuatan abadi
Yang setangguh belenggu dajjal
Bahwa aku - sang pencinta - tercipta tuk minum air telaga
Dari cawan yang dipilih oleh kamu
Pembebas jiwaku"
Ya, sang pencinta tunduk kepada bisikan langit
Akan petuah agung
Yang mendorong sang pencinta mengabdi kepada semulya ciptaan
Walau mata tak pernah melihat selaksa bening rona
Hidung tak pernah menghirup aroma wangi pujaan
Telinga tak pernah mendengar senandung sayu
Namun sang pencinta acuh
Bahwa cinta suci harus terbebas dari hasutan inderawi
Ia bersabda:
"Ali dan Fatimah tersenyum melihatku
Sang cucu yang telah moksa jadi sang pencinta
Dengan mengandalkan mata hati
Aku memimpikan sebuah pertemuan
Yang telah diatur ilahi
Seperti Adam dan Hawa yang bertemu
Setelah mengembara ratusan tahun
Bintang di langit kan berhenti berkerlip
Memberikan kesempatan padaku
Memancarkan cahaya temaram
Agar engkau tak kegelapan
Dalam mengarungi babak kehidupan"
Sang pencinta adalah anak manusia
Yang mengembala kambing seperti jid Muhammad
Tuk bertahan hidup
Karena umur 18 tahun sang pencinta ditinggalkan pelita hatinya
Abah yang menyayanginya
Tapi sang pencinta tak boleh larut dalam kesedihan
Lembaran hidup harus digores
Dengan tinta nestapa
Sang pencinta bukan lelaki agung
Dia hanya pengembara yang ingin beristirahat
Dalam mahligai kasih
Mengabdi pada tahta suci
Bersama tawa, senyum, tangis, jerit,.
Karena sang pencinta hanya punya satu tujuan hidup
Membahagiakannya
Melindunginya
Mangasihinya
Membimbingnya
Mencintainya.....
Sang pencinta kehabisan kata-kata tuk melukiskannya
Apa lacur jika ada sekat
Namun sang pencinta telah bertekad
Hidupnya kan ditahbiskan tuk dia seorang
Begitu besar misi suci ini
Yang telah terpatri dalam sanubari
Hingga sang pencinta bersabda:
"Bila dibutuhkan bukti
Berapa banyak jeritan hati berkumandang
Menyebut asma puja hati
Kabut tidurpun bersaksi dengan mimpinya
Gelisah keluarga menyaksikan perjuangan ini
Segala pengorbanan kan dilakukan
Demi manikam sejati
Walau harus merenda hidup di negeri orang
Berpisah dengan kerabat
Aku ingin membuktikan,
Akulah untaian permata itu
Yang kan menghiasi kesepianmu"
Sang pencinta tidak marah dengan kebisuan
Tidak sedih dengan perasaan
Karena dia yakin inilah wujud pengorbanan itu
Sang pencinta terlahir sebagai manusia biasa
Dari keluarga biasa yang bersahaja
Tak ada pembeda
Dengan keluarga disana
Dia kembali bersabda:
"Aku tidak menderita
Aku tidak tersiksa
Salah anggapan yang menganggap diri terluka
Aku bahagia
Aku kan menunggu sampai kapanpun jua
Agar alam bersaksi
Aku mencinta tulus setelah 27 tahun menanti
Karunia buah kasih sayang"
Mungkin sang pencinta kan jatuh ke bumi
Tak kuasa mendapat anugrah
Ketika keduanya bersua tuk pertama kali
Berikan ini hai sang pencipta
Sebagai jawaban dari
Munajat sang pencinta
Sabda sang pencinta:
"Aku harus bertemu denganmu
Bertemu dengan keluargamu
Tuk menyambung lidah yang putus
Tuk menyatukan dua kutub
Tuk berlaku taat
Melindungi dan mengasihi putri tersayang
Memberi yang terbaik tuk masa depan
Aku kan bersimpuh
Memohon restu
Karena aku tak dapat hidup
Tanpa kehadiranmu
Aku kan hadir meramaikan keluargamu
Aku siap dengan segala resiko ini
Apalah artinya domisili
Tegal telah menyapaku
Tegal telah meminangku
Aku harus datang
Memenuhinya.."
Sang pencinta ihlas
Namun alam kan bergejolak
Ketika menyaksikan tumbangnya sang pencinta
Tidak! Jangan ragu hai sang pencinta
Restu bumi menyertai perjalananmu
Jangan surut selangkahpun
Dia bersabda:
"Apa yang membuat diriku jatuh hati padamu?
Rona wajahmu asing bagiku
Desah nafasmu, tingkah lakumu
Tidak tercitra dibenakku
Namun...
Perkenalan singkat dengan tulisan dan kata-kata
Mampu membiusku
Hingga sayap malaikat membentang dan membawaku pada
Kesadaran hati bahwa kau yang selama ini kucari
Entah kekuatan apa yang mendorongku
Aku mencintaimu
Karena ketulusan hati, jiwa, raga tak meragukan kehadiranmu
Izinkan aku menyayangimu
Meyakinkan orang tuamu
Bahwa aku mampu membahagiakanmu
Beri kesempatan kepadaku
Walau aku harus menunggu dalam kesunyian bertahun-tahun
AKU MENCINTAIMU
AKU SUKMAMU
AKU ABDIMU
Tak usah dipaksakan
Semua akan berjalan alami"


Ketika sang pencinta menyebut namamu
Aliran darahnya berlomba menuliskannya
Agar jiwanya selalu mengingatmu
Kapanpun dan dimanapun jua

Maafkan
AKU TAK MENDERITA
AKU BAHAGIA, ADA?

Untuk karunia buah kasih sayang [Ainaya Sahira, Alaina Bissilmi Kaffah]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun