Mohon tunggu...
Politik

Buk Mega, Teriris Hati Saya Melihat Kondisi Saat Ini

18 April 2017   18:20 Diperbarui: 18 April 2017   18:30 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam peringatan Konferensi Asia Afrika di Istana Negara, Selasa (18/4/2017). Megawati sebagai putri Presiden pertama Indonesia, Soekarno mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pidato dihadapan delegasi para negara KAA. Selain merupakan seorang putri proklamator kemerdekaan Indonesia, Megawati juga Presiden RI ke 5 serta Ketua Umum partai berkuasa saat ini.

Ada yang menarik dari pidatonya Megawati, terutama saat dia menyebutkan betapa teriris hatinya melihat perpecahan dan konflik yang terjadi saat ini. Misalnya di negara-negara Timur Tengah dan bagian Afrika. Kita semua sepakat kalau konflik yang menelan banyak korban jiwa tersebut mengiris hati, perdamaian dunia semakin terancam akibat pertentangan.

Namun buk Megawati, selain teriris melihat konflik daerah lain. Hati saya juga teriris melihat ulah partai anda belakangan ini. Demi melanggengkan kekuasaan di Ibukota, partai anda mengerahkan pucuk pimpinan kader di daerah untuk datang ke Jakarta. Ada informasi yang menyebutkan mereka membuka posko dan membagikan sembako di Jakarta. Tujuannya untuk memenangkan Ahok-Djarot. Dan sudah ada foto-foto mereka beredar.

Akibat pengerahan kader tersebut, memancing umat Islam membuat gerakan tamasya Al Maidah untuk ikut datang ke Jakarta menjaga TPS saat pencoblosan. Andai saja anda dan partai anda tidak mengerahkan kader, mungkin tidak akan reaksi seperti itu. Teriris hati saya buk Mega.

Jika tidak ada pengerahan kader terlebih dahulu, mungkin aparat tidak akan sesibuk sekarang. Mungkin serangan Sembako tidak akan semasif ini sekarang. Memang aksi pengerahan kader ini tidak kali pertama dilakukan, seperti yang diakui Boy Sadikin, mantan pimpinan PDI P DKI Jakarta. Pada tahun 2012 sudah ada juga pengerahan kader dari luar Jakarta.

Buk Mega, kekuasaan itu ada batas waktunya. Jangan sampai hanya untuk memperoleh kekuasaan dikorbankan persatuan dan perdamaian Indonesia. Kita harus ingat pesan Bung Karno dalam Pancasila tentang persatuan Indonesia.

Kalau buk Mega memang tulus ingin rakyat Indonesia bersatu dan tidak saling menyakiti, tolong kasih tahu apakah kepada tim pemenangan Ahok-Djarot ataupun sekedar simpatisan untuk tidak melakukan cara-cara yang mengancam persatuan dan menghina masyarakat.

Kalau soal perbedaan, sudah sejak lama ada di Negara kita. Dan terbukti masih tetap terjaga kan, tapi sejak kandidat yang anda usung maju, potensi perpecahan antar sesama semakin nyata. Hanya karena Pilkada orang gontok-gontokan, hanya karena perebutan kekuasaan hukum dilanggar.

Kalah menang dalam kompetisi itu hal yang wajar kok Buk. Tidak usah malu kalau kalah, dan tidak jumawa kalau menang. Rakyat kita sudah pintar kok, kalau memang Ahok dianggap sukses, maka akan dipilih walau dihantam serangan dari berbagai sisi. Tapi kalau dia tidak layak jadi panutan dan pemimpin, harus diakui juga. Tidak usah dipaksakan menang dengan cara-cara tidak fair.

Kalau ibu memang cinta tentang Kebhinnekaan, maka ibu harus mengatakan kalau menghina kepercayaan atau apa yang dianggap suci oleh orang lain adalah perbuatan tidak baik. Itu baru namanya saling menghargai dan menjunjung tinggi kebhinnekaan, bukan sebaliknya menghina atau menyinggung orang lain dianggap kebhinnekaan.

Maaf buk, bukan mau mengurui. Tapi itu logika berfikir sederhana saya saja. Mari kita rajut persaudaraan antar sesama anak bangsa, Pilkada hanyalah proses lima tahunan. Sedangkan masa depan Indonesia adalah aset untuk anak cucu kita.  

sumber foto: Merdeka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun