Bagi muslim sejati apapun kejadian alam adalah ayat dari Rabb yang perlu ditafakuri, dan dari tafakur ini melahirkan disiplin keilmuan. Semangat ini sesungguhnya yang diambil oleh tokoh sains modern barat, yaitu semangat mentafakuri penomena alam. Sains dan agama sesungguhnya berkelidan saling menguatkan dalam Islam.
Pertengkaran timbul manakala sains dalam menemukan kebenaran sebatas empiris, pengamatan inderawi. Sehingga hal-hal metafisik menyangkut dimensi lain dianggap tak ada. Dan karena menapikan hal metafisik ini sains moderen mengalami krisis spiritual. Jadilah kata kelompok ini Tuhan hanya ilusi, agama hanya orientasi libido semata.
Kini saatnya muslim Indonesia hadir sebagai solutif bagi permasalahan global.
Menampilkan wajah Islam ramah sesuai dengan nilai_ humanis religious.
Islam ditunjukan  ramah pada kaum hawa sehingga bisa berekpresi diruang publik. Bukankah saidatina Aisyah ra pun seorang cendikiawan sekaligus ulama perempuan yang mentransmisikan ribuan hadits pada mahasiswanya yang laki_laki.
Bahkan dalan ulumul hadits Aisyah ra pelopor pertama sebagai cikal bakal ilmu kritik hadis.
Karena Aisyah dalam banyak kesempatan mengoreksi Abu Hurairah ra ketika salah mencerna hadits.
Kini muslimah Indonesia patut berbangga karena "Nasidaria" bisa manggung di Eropa tepatnya Jerman. Ini sebagai counter pemikiran  muslimah tidak identik di zona domestik kasur dan pupur sebagaimana terpotret di belahan negeri Arab. Sebagaimana dinarasikan dalam artikel Rudolph T Ware (2014), " The Walking Qur'an: Islamic Education, Embodied Knowledge, and History West Africa.
Islam begitu ramah terhadap perempuan dari itu ada nama surah an_ Nisa, mengabadikan wanita suci Bunda Maryam.
Dan lagi2 di alquran tentang surga tdk ada dikotomi khusus laki2. Tetapi bahasa alquran bagi semua laki_laki dan perempuan yang melakukan kebajikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H