Dalam sebuah pemilihan dalam hal ini Pilkada, pemilih dihadapkan kepada beberapa opsi pilihan dalam hal ini pasangan calon (Paslon) ada yang empat, tiga dua atau satu (tunggal) yang berhadapan dengan lawan kotak kosong. Dengan berbagai dinamika yang terjadi pastinya yang akan dipilih adalah yang terbaik dari berbagai alternatif nilai Paslon dan juga terkait dengan berbagai pertimbangan baik visi, misi, kiprah dan janji serta pesona personalitas calon baik integritas, moral, kecerdasan dan jelajah rekam jejaknya. Ada sebuah ungkapan jangan membeli kucing dalam karung yang dapat dimaknai sebagai sebuah penilaian kualitas tentang Paslon, sehingga dapat diyakini bahwa yang terbaik itu adalah yang dipilih (secara obyektif).
Dalam konteks kepemimpinan (leadership),pemimpin yang baik (Jacob Morgan :2012)adalah pemimpin yang  memiliki visi, misi dan tujuan tang jelas untuk masa kini dan masa depan. Memiliki kecerdasan yang mumpuni , berintegritas , memiliki etika memimpin dan sikap moral yang baik serta bisa menjadi panutan bagi masyarakat yang dipimpin. Memiliki jelajah jejak reputasi keberhasilan nyata dan memiliki komitmen terhadap janji. Tentu saja hal yang tidak kalah penting adalah memiliki  perencanaan yang baik, ide-ide kreatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki , kemampuan kolaborasi dan latar depan yang jelas dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat serta jujur adil.
Dalam konteks persaingan (Adam MB & Barry JN : 1997) pemimpin yang terbaik adalah pemimpin yang memiliki keunggulan, karena sesungguhnya dalam persaingan (termasuk produk barang dan jasa) pemenangnya adalah yang memiliki keunggulan (advantage) baik keunggulan komparative (comparative advantage) maupun keunggulan kompetitive (competititive advantage) yang didalamnya adalah mutu, harga, teknologi, layanan, komunikasi, jaringan service-part, layanan purna berkelanjutan.
Dari konteks sumber daya manusia pemimpin terbaik adalah sumber daya manusia yang unggul, handal, profesional dan berpengetahuan yang pada gilirannya sumber daya ini berevolusi menjadi modal insani (human capital) yang menjadi asset organisasi dalam bentuk modal non uang (non financial capital).
Dalam human capital atau juga disebut modal insani (Bradley W. Hall : 2008) seseorang bisa menjadi human capital adalah (pemimpin) yang memiliki dua unsur / komponen penting yaitu kapabilitas (capability) dan komitmen (comittment). Human Capital adalah perkalian antara kapabilitas dengan komitmen yang menghasilkan kinerja yang tinggi (high performance) dan komitmen yang tinggi (high committment), kaya akan (pengetahuan), terus berinovasi dan berkreasi dengan nilai baru (new create value) dalam bentuk kekinian (up-date) dan tak pernah ketinggalan dari pesaingnya.
Sementara itu dari konteks kemunculan pemimpin ada beberapa konsep kemunculan pemimpin sebagaimana sudah dibahas dalam tulisan sebelumnya yaitu pemimpin yang kemunculannya karena genetik (keturunan) yang memang sejak lahir sudah dikodeatkan jadi pemimpin (keturunan) , kemudian pemimpin yang kemunculannya karena teori sosial yaitu dipersiapkan dan dididik menjadi pemimpin dan pemimpin yang kehadirannya karena ekologi yaitu pemilikan bakat yang kemudian ditempa dengan pendidikan, pengalamannya baru menjadi pemimpin.
Pada akhirnya harus kita akui bahwa dari serangkaian proses yang berlangsung dengan berbagai rangkaian dan persyaratan yang sudah dilalui sehingga mampu menghasilkan terpilihnya paslon yang menjadi pimpinan terpilih mereka adalah merupakan Pemimpin Daerah terbaik (unggul) dilihat dari beberapa konteks dan hal tersebut tentu tidak banyak diperdebatkan lagi dan selanjutnya akan kita lihat kenyataannya setelah melaksanakan mandat yang diberikan berjalan selama kurun waktu masa jabatan.
Ada sebuah kata motivasi disampaikan entrepreneur, motivator & author :
 "Tantangan untuk menjadi seorang pemimpin adalah untuk menjadi kuat tetapi tidak kasar, baik hati tapi tidak lemah, berani tapi tidak melecehkan, pemikir tapi tidak malas, rendah hati tetapi tidak pemalu, punya kebanggaan diri tetapi tidak arogan, humoris tapi tidak konyol"
_Jim Rohn
(m@s-b@s, 14122024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H