Mohon tunggu...
Basuki Ranto
Basuki Ranto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen sepuh

Pengalaman di BUMD dan BUMN, menulis dan berorganisasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Gaya Hidup YOLO dan FOMO Generasi Z

12 Juli 2024   14:01 Diperbarui: 12 Juli 2024   14:22 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keempat: Demi ingin menikmati hidup hanya sekali, seseorang jadi tidak bisa menahan dirinya dari tindakan konsumtif sehingga yang dipentingkan nafsu memiliki.

Kelima :  cenderung kurang dan bahkan tidak berfikir merencanakan masa depan.

Sementara itu Gaya kehidupan FOMO akan tejadi beberapa dampak yang ditimbulkan dari fenomena sindrom FOMO dan biasa merupakan  dampak negatif untuk kesehatan mental.
Selanjutnya apa saja dampak negatif yang bakal terjadi diantaranya: akan mengganggu kesehatan mental(1), dampak buruk hubungan sosial (2) dan gangguan pendanaan/financial (3).

Dampak FOMO dari sisi kesehatan adalah adanya ketakutan dan kecemasan mendalam yang bisa mempengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang. Selain itu era digital saat ini banyak sekali hal yang mempengaruhi seseorang merasa cemas dan takut, sehingga konsentrasi berkurang, timbul kelelahan, susah tidur dan kecenderungan depresi mental.

Dari sisi hubungan sosial gaya FOMO juga mempengaruhi hubungan sosial. Hal ini ditandai dengan sudah tidak ada batasan (barier)  yang mampu menyekat seseorang untuk menjalin hubungan sosial. Hal tersebut berakibat munculnya sebuah sindrom FOMO yang semakin besar yang akan  mempengaruhi pergaulan secara langsung  maupun  tidak langsung melalui online.

Dari sisi keuangan gangguan finansial akan timbul dari sindrom FOMO adalah masalah perilaku konsumtif generasi milenial dan generasi z semakin besar, sehingga tindakan irasional akan muncul  karena ketidak seimbangan antara kemampuan dan keingjnan (bukan kebutuhan) sehingga berupaya menutup dengan melakukan pinjaman dengan cepat melalui pinjaman online (pinjol) misalnya.

 Hal yang mendorong perilaku tersebut adalah adanya gaya hidup mengikuti selibritas mendorong untuk membeli barang yang tidak bermanfaat demi sebuah anggapan akan ketinggalan tren kekinian. Hal lain karena sikap persaingan secara emosional mendorong agar bisa menggunakan barang yang dipaksakan sehingga secara akumulasi akan terus menambah pinjaman baik melalui angsuran atau fasilitas kredit lainnya yang akan membebani.

*Kesimpulan*

Dari beberapa uraian terkait dengan kecenderungan gaya hidup YOLO dan FOMO bagi generasi Z, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(1) Gaya hidup YOLO dan FOMO oleh generasi Z pada dasarnya merupakan perilaku emosional yang tidak menguntungkan. Berfikirnya sesaat dan berprinsip pokoknya dan bersaing tidak sehat  karena mengedepankan ketertinggalan.

(2) Dikaitkan dari pola konsumsi maka prinsip konsumsinya mengabaikan persamaan income-kebutuhan sehingga terjadi defisit yang harus ditutup dengan pinjaman (hutang) dan bisa jadi masuk dalam jerat hutang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun