13 Juni 1913 - 2022
Mengenang Pak Moestopo,Â
"Tidak Mau Berhutang"
Pak Moestopo tidak hanyut dalam kebanggaan akan andil besarnya dalam perjoangan fisik mengusir penjajah dari bumi Indonesia.Â
Belum kering keringat di tubuhnya, saat bersama Komandan Pertahanan Surabaya, Soengkono dan Surachman, menggetarkan Divisi Pendarat yang dipimpin tiga jenderal, Mallaby, Mansergh, dan Christison, dalam Pertempuran Surabaya.Â
Ricklefs dalam buku "A history of Modern Indonesia Since C.1200" (Palgrave Macmillan, 2008) menyebutkan, bagi pihak Inggris, pertempuran itu merupakan neraka bagi serdadu Inggris.
Seolah melupakan jerih payah andilnya mengusir serdadu belanda dipimpin spoor dalam agresi belanda ke-1 dan 2, setelah Pengakuan Kedaulatan RI, drg. Moestopo melanjutkan perjoangannya dalam bidang pendidikan.Â
Dengan modal harta pribadi, rumah dan uang hasil menjual mobil pribadi, ia mendirikan 'Kursus Tukang Gigi Intelek' atau 'Dental College Dr. Moestopo' (1958).Â
Dengan tertatih-tatih Moestopo memajukan sekolahnya. Berjoang merealisasikan usaha mencerdaskan bangsa sesuai amanah Pembukaan Undang-Undang Dasar.
Sebenarnya saat itu ada momentum memperoleh donasi. Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Pemerintah memulangkan 46.000 warganegara belanda dan menasionalisasi perusahaan-perusahaan belanda di Indonesia (Desember 1959).
Moestopo tidak tergerak untuk minta bantuan presiden walaupun Soekarno adalah teman karibnya. Salah satu semboyan hidupnya "tidak mau berhutang".Â
Dari kursus tukang gigi dengan jumlah siswa puluhan orang menjadi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), yang memiliki lima fakultas (FKG, FISIP, FEB, Fikom, FT) dan Program Pascasarjana.Â
Jumlah mahasiswanya lebih dari 6.565 orang. Alumninya menyebar ke seluruh wilayah tanah air, mengabdikan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota TNI, dan swasta. Beberapa dipercaya menjabat menteri negara, kepala daerah, dan wakil rakyat.
Kampus Merah Putih pun berkembang. Kampus Pusat Hang Lekir Senayan, Kampus dan Rumah Sakit FKG Bintaro, Kampus Laboratorium Multimedia Swadarma. Universitas Moestopo diharapkan pendirinya akan menjadi pohon yang rindang. Yang terjaga dari ulat-ulat pemakan daunnya.
Seiring perkembangan zaman, lembaga pendidikan memang berubah wajah menjadi ajang komersial. Tidak demikian halnya dengan Kampus Merah Putih, karena kampus ini adalah monumen perjoangan bangsa.
Hari ini ... Senin, 13 Juni 2022 ... di Masjid Al Bani Moestopo ... kami bertahlil seraya mengenang ... Semoga Allah menyayangi pak Moestopo, menerima amal ibadah kebaikannya, mengampuni kekhilafannya ... Semoga diteguhkan sikap penyelenggara Kampus Merah Putih, berdedikasi mendidik anak bangsa, konsisten melanjutkan perjoangan mengantarkan anak bangsa menjadi peneguh pilar kemandirian bangsa dalam kehidupan dunia yang adil dan makmur ... Aamiin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI