Mohon tunggu...
Basri Pakpahan
Basri Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Teks Komersial

Welcome

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesetaraan Gender dalam Dunia Kerja, Masalah Kompleks yang Butuh Ratusan Tahun untuk Terealisasi

30 April 2021   09:04 Diperbarui: 4 Mei 2021   20:44 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesetaraan gender (Pexels.com/SharonMcCutcheon

Masalah kesetaraan gender adalah masalah yang sering menjadi perhatian utama yang seringkali diabaikan. Apalagi dalam dunia yang semakin kompleks ini dengan mobilitas yang tinggi, kondisi ini semakin menjadi momok perhatian. 

1. Apasih gender?

Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.

Bicara soal gender, ada satu hal yang menjadi pokok perhatian yaitu keadilan, bukan sama rata. Tidak semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan ras atau etnis, namun semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan gender-dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan-dalam tingkatan yang berbeda-beda. Seringkali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena kebijakan dan perubahan sosial-ekonomi.

Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, di seluruh dunia. Ini adalah fakta meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan gender dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau wilayah.

2. Topik yang selalu jadi masalah kesetaraan gender

Dalam dunia kerja secara khususnya, ada banyak masalah ketidakadilan secara gender. Jika kita berkaca kepada beberapa kasus, salah satu yang menarik adalah kasus tentang tanggung jawab kerja hingga pemberian upah. Meskipun jumlah perempuan pekerja terus bertambah, perempuan sering kali terhambat dalam membangun karir karena berbagai masalah yang unik pada gendernya: mulai dari beban ganda, stereotype dan seksisme di dalam masyarakat, diskriminasi berbasis gender, hingga pelecehan seksual.

Adanya pandemi juga memberikan dampak tambahan, mulai dari hilangnya pekerjaan atau pendapatan, meningkatnya beban pengurusan rumah tangga akibat WFH, sehingga kekerasan dalam rumah tangga oleh pasangan meningkat.

Survei Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada Juli 2020 menemukan, perempuan pekerja di Indonesia menerima upah 23 persen lebih rendah dari laki-laki. Selain itu, tidak sampai 50 persen perempuan bekerja sebagai profesional dan hanya 30 persen dari mereka yang mencapai posisi manajer, menurut survei yang sama.

Tentunya ini menjadi tantangan bagi pihak perusahaan yang menjadi wadah dalam menunjang karier para perempuan, khususnya dalam kepemimpinan. Padahal, kepemimpinan perempuan merupakan salah satu pendorong utama kesetaraan gender dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam upaya pemulihan ekonomi suatu negara.

3. Dunia baru dalam kesetaraan gender

Data yang dipublikasikan pada laporan Women In Business 2020 yang dirilis Grant Thornton International menyebutkan bahwa proporsi perusahaan mid-market dengan setidaknya satu wanita di jenjang manajemen senior di seluruh dunia bertahan stabil di 87 persen. Angka ini naik hampir 20 poin selama lima tahun terakhir.

Akhir-akhir ini juga dunia tengah ramai bagaimana kepemimpinan perempuan menjadi sorotan menarik. Tahun 2020, jumlah perempuan yang menduduki posisi puncak di perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia kini mencapai yang tertinggi dalam sejarah. Majalah bisnis Fortune mencatat sedikitnya 37 perempuan menjadi CEO –atau direktur pelaksana– di 500 perusahaan besar.

4. Bagaimana dengan Indonesia?

Di tengah kesenjangan masalah diskriminasi yang semakin meningkat di negara berkembang. Tentunya, masih ada kabar baiknya. 

Dalam laporan Women In Business 2020, Indonesia dan Meksiko menduduki urutan ke-4 dengan persentase perempuan di posisi manajemen senior paling banyak, yaitu 37 persen.

Laporan ini juga memperlihatkan bagaimana upaya mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia, seperti memberikan bimbingan dan pembinaan (52 persen), menciptakan budaya inklusif (35 persen), dan penetapan target atau kuota untuk keseimbangan gender di tingkat senior (31 persen) memperlihatkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

Tentunya ini adalah salah satu berita baik bagiamana emansipasi perempuan dalam dunia yang semakin dinamis ini.  Walaupun kaum perempuan tampaknya masih harus menunggu lebih dari dua abad untuk bisa mencapai kesetaraan di tempat kerja. Demikian menurut sebuah laporan World Economic Forum (WEF).

Perusahaan dalam konteks kesetaraan gender

Salah satu contoh kasus yang pernah menarik perhatian publik seputar kesetaraan gender adalah kasus di perusahaan Aice. Perempuan berusia 25 tahun yang bernama Elitha Tri Novianty, seorang buruh perempuan yang bekerja pada perusahaan produsen es krim PT. Alpen Food Industry (AFI). Memang melansir dari The Conversation, ia sudah berusaha mengajukan pemindahan divisi kerja karena penyakit endometriosisnya kambuh. Tapi apa daya, perusahaan justru mengancam akan menghentikannya dari pekerjaan.  Alhasil, dia pun mengalami pendarahan hebat akibat bobot pekerjaannya yang berlebihan. Elitha terpaksa melakukan operasi kuret yang berarti jaringan dari dalam rahimnya diangkat.

Mungkin itu adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang tidak memperhatikan apa yang dimaksud dengan kesetaraan gender di tempat kerja. Lalu, jika kita berkaca ke perusahaan ternama Indonesia yaitu BRI. Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan bahwa ada 121 ribu pekerja di bank BRI, dan 47 ribu di antaranya adalah perempuan. Secara demografi, 80 persen yang masuk kategori milenial. Para pekerja perempuan di BRI kini sudah menduduki jabatan yang strategis dan cukup tinggi. Pada posisi manajerial, manager sampai BOD-1, sudah ada 716 pekerja perempuan yang menduduki posisi-posisi strategis ini. Persentasenya kira-kira sudah 22,69 persen.

Ini mungkin bukan angka yang sempurna, namun sudah menunjukkan bagaimana peran perempuan dalam kemajuan sebuah perusahaan nyata adanya.

Resolusi baru untuk keseteraan gender

Walaupun kesetaraan gender sering diteriakkan, namun itu tidak akan bergeming jika semua pihak tidak memberikan atensi. Mulai dari perusahaan hingga pemerintah bahkan laki-laki adalah tiang dalam mendorong keseteraan bagi kaum perempuan.

Kita harus tahu bahwa kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Dengan demikian mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat (semua orang)-perempuan dan laki-laki-untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Makanya, dalam agenda tujuan pembangunan berkelanjutan memiliki makna yang penting karena setelah diadopsi maka akan dijadikan acuan secara global dan nasional sehingga agenda pembangunan menjadi lebih fokus. Setiap butir tujuan tersebut menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, baik tua mau-pun muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun