Dikabarkan bakal menggantikan solar sebab lebih efisien. Dengan satu liter B100 mampu menempuh perjalanan 13,4 kilometer, sedangkan solar dengan jumlah yang sama hanya mampu sembilan kilometer. Dan, B100 lebih ramah lingkungan, sebagai contoh karbon monoksida (CO) B100 lebih rendah 48% dibandingkan solar [2].
Lalu, Â apa sebenarnya hubungan antara batu bara dengan minyak kelapa sawit ini? Maka kita jawab terlebih dahulu dengan prinsip energi. Mungkin kita semua sudah tahu bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, hanya saja bisa diubah ke bentuk lain. Teringat sewaktu sekolah dasar dahulu.
Sederhananya adalah energi listrik dapat diubah menjadi energi gerak, panas dan sebaliknya. Misalnya, Saat Menyetrika energi listrik berubah menjadi panas.
Nah, jika energi dapat diubah-ubah bentuknya maka B100 yang digadang-gadang sebagai energi masa depan Indonesia dapat juga diubah kebentuk lain, selain menjadi sumber energi penggerak motor atau mobil.
Saya menduga bahwa B100 dapat juga dimanfaatkan sebagai pengganti batu bara sebagai sumber energi khususnya sebagai pembangkit listrik. Jika B100 dapat dioptimalkan sebagai energi pembangkit listrik, tidak tertutup kemungkinan penggunaan batu bara akan berkurang dan pada waktu akan datang akan sepenuhnya digantikan B100.
Keuntungan dari B100 sendiri ialah merupakan sumber energi terbaharukan, di Indonesia melimpah, terlebih lagi produksi kelapa sawit dalam negeri meningkat setiap tahunnya. Tidak perlu pengerukan dan penimbunan tanah untuk mendapatkannya.
Dari segi biaya, bagi pengusaha mungkin lebih mahal penggunaan B100 dibandingkan batu bara. Namun pemanfaatan batu baru berpotensi lebih merusak lingkungan dibadingakan B100. Tentu jika lingkungan rusak, maka pihak yang merugi banyak sekali.
Pesan penutup, bagi para pengembang energi terbaharukan, dari hati terdalam saya ucapkan terimakasih atas dedikasi anda untuk kemajuan Negara dan kelestarian lingkungan. Â Â Â
***
Sumber:
[1] therising.co