Arsenik (As) merupakan unsur kimia masuk golongan semi logam (metaloid) dan banyak ditemukan di kulit bumi. Unsur anorganik ini memiliki kontribusi besar dalam air tanah sebagai kontaniman, Â kebanyakan dalam spesies arsenat, As(V) dan Arsenit, As(III).
Adanya arsenik dalam air tanah telah timbul menjadi isu yang berkambang di dunia kesehatan dan lingkungan, mengingat zat ini bersifat toxic dan karsinogen (pemicu kanker). Akan berbahaya jika terpapar pada air yang diminum.
Dibeberapa negara, air sumur sebagai sumber air minum terkontaminasi unsur beracun ini. Misalnya, Amerika, Meksiko, Argentina, Kanada, Polandia, Cili, Taiwan, Jepang, Hungaria, Vietnam, Cina, Nepal, Iran, India, Bangladesh, dan Pakistan.
Berdasarkan laporan undark.org (16/08/2017) Bangladesh dianggap salah satu negara krisis air bersih. Diperkirakan tiga perempat dari 40 juta orang minum air terkontaminasi arsenik. Â 100-200 orang meninggal setiap tahunnya akibat keracunan arsenik [1].
Dan, laporan kompas.com (18/04/2019) bahwa terdapat selisih 46%  angka kematian anak,  antara pemakai air yang  terkontaminasi dan tidak terkontaminasi arsenik di wilayah Bangladesh [2].
Arsenik sebenarnya dapat dihilangkan dari air yang terkontaminasi. Salah satu caranya ialah dengan memanfaatkan adsorben. Adsorben adalah zat padat bersifat spesifik dan terbuat dari bahan berpori, dapat dimanfaatkan menyerap partikel.
Baru-baru ini sebuah penelitian berhasil mengungkapkan, biosorben atau adsorben berbahan organik berpotensi menghilangkan arsenik. Dalam penelitian tersebut di uji berbagai bahan, seperti arang dari tongkol jagung, air cangkang berangan, biji buah prem,  Ampas serbuk teh, cangkang telur dan kulit buah delima. Secara signifikan cangkang telur dan biju buah prem dapat menghilangakan  arsenit , As(III) 78-87% pH  7, air cangkang berangan 75%,  tongkol jagung 67%,  Ampas sebuk teh 74% dan kulit buah delima 65%. Penenlitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Environment International [3].
Dari hasil penelitian diatas, cukup menarik untuk dikembangkan di Indonesia, sebab bahan-bahan yang digunakan sebagai biosorben tergolong mudah ditemukan di Indonesia.
Misalnya cangkang telur, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produksi telur Indonesia meningkat tiap tahun. Data produksi telur ayam empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan 1 juta ton tiap tahun. Produksi telur tahun 2015 (1.372.829,00 ton), 2016 (1.485.687,93 ton), 2017 (1.506,192,00 ton) dan 2018 (1.644.460,00 ton) [4].
Bagi pembaca yang tinggal di dearah industri dengan limbah cangkang telur, atapun limbah lain yang dapat diolah menjadi biosorben. Selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, bernilai ekonomi juga.
Sumber: