Ibarat kata, seorang panjunan yang sudah ahli akan membentuk tanah liat menjadi barang yang bernilai tinggi. Siswa adalah tanah liat dan lingkungannya adalah panjunan yang menanam akhlak.Â
Baik buruknya prilaku siswa merupakan proses panjang hal yang telah ia terima. Maka perundungan yang kebetulan menimpa Audrey dapat kita jadikan ceriman untuk membenahi diri. Mungkin selama ini kita masih kurang peduli terhadap sekitar.
Harapan saya, kedepannya terjadi regulasi yang baik antara siswa dan lingkungannya untuk keberhasilan siswa didunia pendidikan. Sebab lambat laun seorang pelajar akan bersentuhan langsung dengan kehidupan bermasyarakat. Jika seorang siswa berakhlak baik dan berhasil, pihak yang diuntungkan adalah masyarakat juga.
Misalnya, seorang anak berhasil meraih impiannya menjadi dokter maka yang ia obati tentu bukan hanya keluarganya tapi masyarakat yang sakit juga. Jika seorang anak berhasil menjadi TNI maka ia mengabdi kepada Negara. Dan tidak jarang kita mendengar kisah inspiratif dari dokter yang susah payah bertugas di wilayah terpencil atau seorang TNI yang gugur sebagai pahlawan demi membela tanah air.
Tulisan ini saya akhiri dengan sebuah pepatah kuno tapi tetap relevan menembus zaman. "Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit."
salam, B Tarigan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H