Atau mungkin Wong sepikiran dengan Bertolt Brecht. Seorang penyair yang termahsyur asal Jerman. Salah satu penulis berpengaruh abad-20. Pembenci manusia yang tidak paham politik.
"Buta terburuk adalah buta politik. Dia tidak mempedulikan politik dengan panca inderanya. Dia tidak tahu bahwa harga makanan pokok, harga tempat tinggal, harga obat, dan lain-lain bergantung pada politik"
Sedang di sini, negara yang kita cintai. Negara demokrasi terbesar di dunia-- katanya. Sungguh gila. Kebebasan pelajar dikungkung. Anak STM yang akan turun ke jalan ditahan. Di dalam sekolah. Sekolah yang pada dasarnya tak memberikan "apa-apa" selain ijazah. Juga pembodohan.
Lagian, tujuan pendidikan nasional. Memang demikian. Bacalah undang undang nomor 20 tahun 2003. Pada pasal 3, siswa tidak diharap berpikir kritis.
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Berakhlak mulia-- korupsi Al-Qur'an. Berilmu-- pengkhianat konstitusi. Kreatif-- membentuk undang undang Cilaka Omnibusuk Law. Demokratis-- tapi menangkap yang kritis. Bertanggung jawab-- hanya untuk kelompoknya. Bangcad kan.
#akumencintaimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H