Memang Makassar tidak lagi di depan. Tidak soal itu. Barangkali, waktunya bukan hari ini. Bisa jadi besok. Terpenting bangkit dari kematian-- mati suri. Tuntutan sudah jelas. Waktu sudah jelas. Sisa eksekusi. Banyak keresahan yang mesti diatasi.
Ibu-ibu putar otak berkali-kali. Demi api tetap menyala di dapur. Harga-harga naik berkali lipat. Gula, tepung, minyak goreng, gas dan lain-lain. Kemarin ibu-ibu diminta merebus. It's okey. Tapi gimana mau merebus jika api kompor tak menyala. Ibu di rumah mengabarkan.
Bapak-bapak juga. Kopi tak senikmat kemarin. Jatah gula dikurangin. Kerjaan juga pada macet. BBM naik--pekerja informal pusing. Para ojek online kegetiran. Kasian. Belum lagi keluhan istri. Bakso keliling andalan, hingga jajanan pasar ikut naik. Teman Ojol mengabarkan.
Para petani, apalagi. Pupuk naik berkali-kali lipat. Pupuk subsidi dibatasi. Itu pun jika ada-- gimana tanaman mau tumbuh. Lalu berbuah maksimal-- kasian. Belum lagi, hama juga menyerang. Tampa ampun. Mau diatasi, pestisida lonjaknya tak kira-kira. Bapak di kampung mengabarkan.
Nelayan tak dapat melaut. Solar langka. Mungkin juga disengaja. Jika sudah begitu. Dan terlampau lama. Harga mahal dibeli juga. Tidak ada pilihan lain. Belum lagi laut ditimbun. Solar ditambah lagi-- jarak bibir pantai ke penangkapan ikan. Syukur jika ada tangkapan. Jika tidak ada. Mampus. Seorang nelayan mengabarkan.
Tidak tahu malu. Mereka-- para oligarki-- di sekitar Presiden. Mau tiga periode. Katanya, ada data--110 juta pengguna internet. Mau tunda pemilu. Diminta datanya, mingkem. Banyak alasan. Belum lagi para ketua partai. Bangcad memang.
Maka sudah benar. BEM SI turun aksi. Tanggal 11 April ini. Perkuat konsolidasi. Perkuat mental. Jangan ditunggangi. Kecuali rakyat seluruh Indonesia. Bergeraklah! Majulah! Teguhlah!
#akumencintaimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H