Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkenalan dengan Diri Itu Penting

15 Agustus 2018   17:40 Diperbarui: 15 Agustus 2018   17:59 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
estudopratico.com.br

Ada yang berlari kemudian terjatuh. Ada yang terjatuh kemudian bangkit. Ada yang bangkit kemudian jatuh lagi. Setelahnya menyendiri. Takut berjuang lagi. Karena akan jatuh lagi. Memang peluang jatuh ketika bangkit itu sudah pasti. Tapi apakah kita mau kalah pada kemampuan diri.

Menjadi baik dimasa depan adalah harapan tiap orang. Bermain bersama keluarga atau teman tentu saja membahagiakan. Tapi apakah mungkin itu bisa diraih jika hanya menutup diri tanpa inovasi? Bukan perubahan selalu abadi. Sudah kewajiban bangkit lagi dan lagi. Tidak ada kata berhenti untuk memperbaiki diri.

Kemarin aku bertemu teman. Bercerita tentang kisahnya yang pilu beberapa bulan lalu. Katanya kekasihnya pergi lalu meninggalkan luka yang begitu pilu. Aku tentu saja menikmati tiap alur ceritanya. Ini saya lakukan sebagai bentuk pertemanan. Apalagi bukan kali ini saja aku mendapati ceritanya.

Mungkin sebagian orang akan bosan dengan cerita itu-itu saja. Tapi jika kamu sebagai aku yang mengaku sebagai teman, apa iya itu akan kamu lakukan. Sedang teman butuh sandaran. Atau malah butuh sedikit tempat untuk meluapkan kegelisahan. Bukankah itu perlu sebagai pembuktian kepedulian dalam pertemanan.

Singkat cerita, teman kembali bergairah. Katanya dirinya siap untuk melupakan masa lalu. Kemudian akan mengubahnya menjadi sebatas kenangan. Katanya lagi masa depan sedang menunggu. Aku tentu saja sangat gembira. Saya hanya mendengarkan dan sedikit memberikan saran tapi berefek luar biasa.

Teman kemduian bertanya, apa yang bagus untuk dilakukan. Aku sendiri sedikit bingung. Katanya sudah siap tapi nyatanya masih bingung mau melakukan apa. Aku berkilah bahwa melakukan hal sederhana saja namun bermakna. Teman kembali bingung. Dia tak tahu apa yang sedang kumaksudkan.

Apa daya, itu kemudian membuat diskusi menjadi panjang. Mungkin lebih panjang perjalananku pekan kemarin dari Makassar menuju Sinjai melalui jalur Maros-Bone-Sinjai. Kemudian kembali ke Makassar melalui jalur Bulukumba-Bantaeng-Jeneponto-Takalar-Gowa-Makassar. Entahlah.

Hingga pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa lebih baik menjadi diri sendiri. Melakukan apa yang disukai dan digemari. Itu sangat menyenangkan. Melakukan kegiatan yang sekaligus sebagai kegemaran. Wah betapa nikmat rasanya.

Teman malah tambah bingung. Aku tidak tahu harus menjelaskan dari mana. Sebab apa yang kusampaikan seperti terbentur dikepalanya. Tidak masuk dalam DNA otaknya. Apalagi ke dalam relung hatinya. Aku tentu tertawa saja. Dari semula dirinya yang banyak cerita kemudian menjadi pendengar yang baik. Ini menjadi sebalik.

Aku menyederhanakan penjelasan dalam satu kalimat pertanyaan. Apa yang kau sukai? Tapi dia belum bisa menjawab. Lima menit kemudian, dia teriak "Saya suka makan" katanya. Hahaha. Jawabannya tidak sempat saya pikirkan sebelumnya. Aku bilang "Semua orang suka makan, sebab jika tidak makan matilah". Kami tertawa.

Oh iya, saya ingin mengatakan kepada para pembaca bahwa jangan menjadi tidak kenal kepada diri sendiri. Iya seperti teman saya ini. Jika ditanya apa yang dia sukai, dia bingung. Ditanya apa yang digemari, hanya mampu diam seribu bahasa. Hati-hati, itu pertanda buruk teman.

Jika kepada diri kita saja tidak tahu apa yang kita inginkan. Lalu bagaimana mungkin kita akan tahu apa yang orang lain inginkan. Jika Anda banyak teman, jangan mudah berbesar hati. Jangan sampai lupa berkenalan kepada diri sendiri. Itu nantinya akan jadi jebakan batman.

Katanya siap mengerti orang lain jika sedang dalam hubungan pacaran atau malah sudah menjadi suami pada seorang perempuan. Tapi disisi yang lain tidak saling mengerti kepada dirinya sendiri. Lalu apa yang terjadi? Iya semua menjadi lumbung keegoisan. Pada akhirnya menjadi jalan menuju kesengsaraan. Miris kan.

Seberapa besar kita mengenali diri maka sebesar itu pula kita akan mengenali orang lain. Bahkan itu juga jalan untuk mengenali Tuhan. Untuk itu, jangan bingung kepada orang yang katanya playboy atau playgirls tapi ketika putus hubungan dengan pacarnya eh malah menangis.

Ada kok teman saya demikian. Malah ada yang sempat mau bunuh diri. Namanya tidak usah saya sebutkan. Nanti orangnya marah karena merasa dilecehkan. Bisa saja kan. Jadi cukup itu menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan teman lain yang mengenalnya.

Jika kamu mampu menjangkau dan menyentuh hatimu sendiri. Merasakannya dengan caramu sendiri. Maka kamu akan mendapati dirimu kaget bahwa hidup ini sangatlah sederhana. Apalagi jika nalar pikirmu telah terhubung dengan sangat baik. Wah itu sangatlah luar biasa teman.

Kamu tahu kenapa saya mengatakan hidup itu sederhana? Yah tentu karena hidup itu hanya dua pilihan. Pertama dinikmati dengan kejujuran dan kepercayaan. Kedua dijalani dengan karya. Sederhana bukan? Kupikir cukup demikian. Salam Damai. Salam Literasi. Salam Lestari. Saya Sofyan Basri. #akumencintaimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun