Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepada Pendukung Jokowi dan Prabowo

14 Agustus 2018   22:03 Diperbarui: 14 Agustus 2018   22:52 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta kekuatan yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilres) 2019  mendatang tidak lagi fiksi. Semua sudah terang benderang. Dimana Joko  Widodo (Jokowi) sebagai petahana akan kembali berduel dengan Prabowo  Subianto yang tak lain adalah rivalnya pada Pilpres 2014 silam. Ada yang  mengatakan ini adalah tanding ulang.

Intrik politik menjelang  pendaftaran pada 10 Agustus lalu nyata sudah. Partai politik pun  demikian. Dimana PKS, PAN, Demokrat, dan Gerindra memutuskan untuk  mengusung Prabowo yang memilih Sandiaga Uno sebagai Calon Wakil Presiden  (Cawapres).

Begitu pun dengan kubu petahana Jokowi yang memilih  Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma'ruf Amin yang diusung oleh PDIP,  PKB, NasDem, Golkar, PPP, Hanura dan beberapa partai non parlemen.  Tentu perjalanan politik bagi kedua belah pihak tidak mudah.

Sebab sebelum itu, kubu Prabowo dihantam dengan isu Jenderal Kardus yang  dialamatkan kepada Prabowo dan Jederal Baper dialamatkan kepada Susilo  Bambang Yudhotono. Sementara di kubu Jokowi muncul istilah Pemberi  Harapan Palu (PHP) yang dialamatkan kepada Mahfud MD yang gagal  mendampingi Pak Jokowi.

Para pendukung kedua kubu pun mulai  tampak jelas. Baik itu yang berdiri di belakang Pak Jokowi maupun Pak  Prabowo. Untuk memastikan itu, bisa dilihat dari media sosial mereka.  Kupikir itu adalah salah satu cara paling mudah untuk mendeteksi  kubu-kubuan yang ada jelang Pilpres ini.

Kupikir itu  normal-normal saja. Akan tetapi, ada yang tidak biasa dan aneh bagi saya  dalam beberapa akhir ini. Terutama setelah ada muncul nama Capres dan  Cawapres. Dimana para pendukung mengaku paling benar, paling keren,  paling bersih, paling bekerja, paling paling paling dan paling lagi yang  lainnya.

Terus terang saja, saya ingin tertawa terbahak ketika  mendapati hal ini baik ketika diskusi bersama pendukung Pak Jokowi  maupun Pak Prabowo maupun ketika ini diungkapkan dalam media sosial.  Kenapa saya tertawa? Yah karena seperti dukungannya itulah manusia yang  paling sempurna. Bahkan bisa jadi melebihi malaikat.

Ada yang  mengatakan bahwa Pak Jokowi itu sudah bekerja. Iya-iyalah sudah bekerja.  Karena kan Pak Jokowi itu Presiden yang telah dilantik 2014 lalu. Biar  anak Taman Kanak-Kanak juga tahu itu. Andaikan pun bukan Pak Jokowi yang  dilantik pada 2014, pasti juga bekerja. Seperti saya misalnya.

Katanya Pak Jokowi bangun tol, bangun bendungan, bangun ini bangun itu.  Lucu benar ini bagi saya. Jika tidak melakukan itu, maka Pak Jokowi  duduk saja di Istana Kepresidenan sana. Atau jalan keliling dunia saja  bersama keluarga dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan. Atau hal-hal  yang menyenangkan saja. Jadi sudahlah.

Sementara pendukung Pak  Prabowo mengatakan jika hanya mantan Danjen Kopasus itulah yang pantas  menjadi Presiden. Helow, memangnya ini negara milik siapa? Prabowo atau  seluruh rakyat Indonesia?. Bukankah dalam konstitusi jelas bahwa seluruh  rakyat berhak dipilih dan dipilih menjadi pemimpin di negara ini.

Katanya hanya Pak Prabowo yang mampu membangkitkan Indonesia karena  tegas, cerdas, berkapasitas, dan lain-lain. Kupikir itu masih fiksi  sebab Pak Prabowo belum terbukti kan karena belum pernah duduk sebagai  posisi Presiden. Kalau pada posisi yang lain mungkin iya, tapi apakah  iya mampu ketika sebagai Presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun