Assalamu alaikum. Hey apa kabar Dek Tsamara. Kuharap Adek baik-baik saja. Dan kuharap lagi semoga kamu masih ingat saya. Oh iya, saya dengar-dengar Dek Tsamara mantap maju pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 mendatang yah, melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Jakarta.
Dek Tsamara sudah tentu tahu dong apa-apa yang mesti dipersiapkan untuk maju di Pileg. Kupikir Dek Tsamara sudah tidak bisa diajak diskusi lagi soal itu. Saya sangat yakin. Sebab secara kapasitas Dek Tsamara itu memang pantas menuju parlemen dan memperjuangkan yang mesti diperjuangkan.
Belum masuk parlemen saja sudah berjuang. Apalagi ketika sudah duduk di kursi empuk sana. Mau kemana-mana saja dibayarkan negara. Iya kan Dek? Jadi sudah sewajarnya memang Dek Tsamara mempersiapkan diri. Yah terutama mengenai basis suara yang akan memilih Adek dan yang akan diperjuangkan nanti.
Dek Tsamara, saya mau beri saran tidak apa-apa kan? Kalau memang Dek Tsamara tidak keberatan. Kalau nanti keberatan, yah sudah jangan hiraukan tulisan ini saja. Anggap saja ini hanya sebagai ocehan yang tidak berguna. Atau kalau mau tidak dibaca juga tidak apa-apa kok. Tapi kalau berkenan, mohon diperhatikan sedikit saja. hehe
Pertama, Dek Tsamara. Maju di Pileg itu bukan soal banyak yang mengenal yah. Ini biasa dijelaskan oleh saudara-saudara saya di Makassar yang pernah maju Pileg. Kupikir itu ada benarnya juga yah. Karena kan, banyak tuh artis-artis maju di Pileg tapi nda kepilih kan. Yah tidak usahlah saya sebutkan siapa-siapa.
Itu kan membuktikan jika Pileg itu bukan soal banyak yang mengenal Dek. Jadi saya harap Dek Tsamara hati-hati saja dengan diksi ini. Jangan karena Dek Tsamara sudah melanglang buana tampil diberbagai media tv nasional maupun cetak, hingga Dek Tsamara lupa melakukan kerja-kerja politik untuk menggalang suara.
Sebab menjadi terkenal dan menjadi anggota DPR, apalagi DPR RI itu berbeda sangat Dek. Kalau sekarang ini mah, menjadi terkenal itu agak mudah. Syaratnya hanya satu berani tampil beda dan membuat heboh jagad media sosial. Lihatlah dulu bagaimana Norman Kamaru muncul. Mudah kan.
Tapi untuk menjadi seorang anggota DPR itu prosesnya sangat berbeda. Akan tetapi, memiliki sedikit kesamaan. Yah tentu saja mesti dikenal orang. Juga mesti memperlihatkan kinerja bahwa mampu berjuang bersama konstituen atau rakyat. Bukan mengaku siap bekerja tapi tidak punya karya Dek. Kupikir itu.
Apalagi jika sudah mau ngatur-ngatur menteri, calon wakil presiden padahal kerja aja belum Dek. Jadi sudahlah, jangan terlalu jauh. Sebab itu sedikit kebablasan. Mau ngatur kok belum ada karya. Ngatur calon wakil presiden lagi. Terlalu jauh Dek, terlalu jauh. Sebab itu seperti bermimpi tapi mata sedang melek.
Kedua, mesti siapin duit yah Dek. Iya iyalah mesti nyiapin duit. Sekarang mah, apa-apa mesti pakai duit kan Dek. Itu malah buang air kecil aja bayar. Jangankan itu, sudah jadi mayat aja mesti bayar kan Dek. Tuh beberapa waktu lalu kan dibongkar tuh sindikat jual beli kuburan di Jakarta. Terbaru, foto sama Si Bowo saja bayar Rp.50.000 kan.
Dan duit yang mesti disiapin yah jumlahnya mesti lumayan banyak Dek. Masa tidak, nanti kalah tuh sama telur yang kian hari kian melonjak harganya. Bener kan? hehehe. Tapi jangan karena butuh duit banyak, yah langsung main jual aja Dek. Pertimbangin mateng-mateng yah. Nanti dikira Menteri BUMN lagi, yang siap jual aset negara.