Duit itu kan untuk operasional. Dimana Dek Tsamara nanti jalan untuk bertemu dengan masyarakat Jakarta yang konon nanti akan jadi konstituen. Duit itu bukan untuk nyuap rakyat yah Dek, awas loh kalau ketahuan. Nanti diketawain sama Bang Fahri Hamzah. Apalagi jika untuk bayar buzzer Rp.4.000.000 sebulan. Hahahaha
Ketiga, jangan mudah lupa. Ini juga penting Dek. Banyak tuh politisi berpenyakit demikian. Bahkan ini seperti virus spesial yang kebanyakan hanya menyerang politisi akhir-akhir ini. Jangan sampai karena sudah enak duduk pada kursi yang empuk, eh malah lupa rakyat. Sebab perjanalan itu kan bukan hanya tentang tujuan Dek, tapi juga tentang awalan yah. Dimana kita mulai merencanakan.
Sudah banyaklah contoh yang bisa dilihat dan dibuktikan. Salah satunya, sejuta lapangan kerja, katanya Dek. Tapi apa, malah ternyata untuk orang lain saja. Bukan untuk orang yang telah memilihnya ketika Pilpres lalu. Malah dek, di Maluku sana ada korban meninggal karena kelaparan Dek. Miris kan. Itu karena apa? yah bisa jadi karena tidak ada kerjaan kan yang bisa datangin duit untuk makan.
Didaerah saya Dek, Sulsel dan sekitarnya banyak orang tiba-tiba duduk bersama masyarakat Dek. Ramah-ramah, senyum diumbar kiri dan kanan. Hingga menjadi pengingat yang sangat baik, atau malah sangat baik. Tiba-tiba datang ke rumah, karena pernah berkunjung 4 (empat) tahun lalu. Entahlah, saya juga kadang bingung Dek. Karena saya malah menjadi lupa.
Jadi jangan menjadi demikian yah Dek ketika terpilih. Yang datang ketika ada maunya saja. Atau berjanji tapi kemudian diingkari. Yah seperti itu sana eh. Mau beli Indosat kembali tapi yah gitu deh. Kalau mau berjanji yang mudah-mudah saja Dek. Misalnya, jika terpilih duduk di DPR, tidak tidur ketika rapat atau tidak nonton film blue. Seperti itu saja, yang ringan-ringan saja.
Keempat, jangan jadi politisi penghamba. Menjadi politisi itu berat Dek. Tidak sembarangan orang bisa dan mampu bertahan sebagai politisi. Itu sepengetahuan saya yah, selama ini berteman dengan orang-orang politisi. Malah kata teman politisi saya di Makassar kalau menjadi politisi itu yah mesti "Mafettu Ferru" artinya tegaan dan tidak boleh baperan. Jadi jangan mudah baper, sama ketika Dek Tsamara blokir saya di Twitter. Hahaha
Bagi saya pribadi, menjadi anggota DPR itu adalah untuk mengabdi kepada rakyat. Namanya juga kan Dewan Perwakilan Rakyat. Iya kan? Dan untuk menjadi demikian, cukup sederhana bagi saya tipsnya. Yakni tidak menjadi politisi penghamba. Sebab hanya tunduk dan patuh pada konstitusi, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika.
Tidak ikut begitu saja pada kemauan tuan, apalagi sudah melenceng dari tiga serangkai yang saya sebutkan sebelumnya. Sebab jika demikian, itu sudah menjadi pengkhianatan karena tidak mampu jujur dan percaya kepada diri sendiri. Berat itu Dek. Tapi itu lagi, lagi-lagi hidup pilihan.
Silahkan memilih yang Dek Tsamara suka, tapi jangan pernah hilangkan nalar pikir dan nurasi rasa Dek Tsamara. Sebab jika menghilangkan itu, maka tentu saja Dek Tsamara akan diam ketika Pertalite naik diam-diam, tenaga kerja asing dimana-mana, rakyat meninggal karena kelaparan, Suku Asmat tidak diperhatikan, dan lain-lain.
Kelima, mesti ada KTP. Tentu ini mesti wajib dong. Karena kan ini akan menjadi salah satu syarat administrasi nantinya mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kalau belum ada KTP yah, sudah tahu dong mesti marahin siapa. Yang itu loh yang pernah benjol kepalanya seperti bakpau. Ingatkan Dek. hahaha
Kupikir itu cukup untuk saat ini yah Dek. Semoga paham dan mengertiki saya kembali menulis ini. Tentu saja yah karena saya peduli dengan kamu Dek. Sebab sayang kan jika politisi yang berpotensi seperti Dek Tsamara tidak didukunng. Apalagi, kata teman "Jangan Biarkan Orang Baik Berjuang Sendiri".