Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ingatan adalah Kekayaan

6 Juli 2018   17:00 Diperbarui: 6 Juli 2018   17:14 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harta benda seperti emas, uang, kendaraan mewah, rumah mewah, mutiara, hingga yang paling mahal saat ini menurut versi Presiden Joko Widodo yakni racun kalajengking dan hal lain yang berharga sebagai simbol kekayaan pada dasarnya adalah sebuah menifestasi atas apa kita sebut sebagai batasan.

Batasan untuk mengakui bahwa yang diluar dari yang disebut sebagai barang berharga tidaklah akan membawa kepada jalan kebahagiaan untuk menikmati kekayaan. Kupikir itu adalah bagian dari ilusi fiksi yang dipermaikan oleh kita sendiri yang tak lain adalah pencetus datangnya kata "Orang Kaya" dan "Orang Miskin".

Bukankah demikian? Oleh karena dengan adanya batasan yang kemudian berubah menjadi sebuah fiksi dalam kata "Orang Kaya" itulah semua berlomba untuk mendapatkan dan mengumpulkan apa yang kita sebut sebagai barang berharga yang ketika diperjualbelikan itu akan menjadi sesuatu yang dapat mendatangkan kekayaan.

Akibatnya datanglah sebuah fenomena sosial yang mengakibatkan terbentuknya strata sosial dikalangan masyarakat dunia. Untuk itu lahirlah sebuah teori dalam ilmus sosiologi yang dikenal dengan sebutan stratifikasi sosial (social stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.

Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Ini juga telah berlaku hingga ribuan tahun yang lalu sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Aristoteles mengenai stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi terbagi menjadi 3 lapisan Golongan Sangat Kaya, Golongan Kaya, Golongan Miskin.

Untuk itu, saya ingin mengatakan bahwa selama ribuan tahun ini kita telah membatasi diri kita sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna untuk dipermaikan oleh kata-kata yang kita ciptakan sendiri. Bahwa "Orang Kaya" adalah mereka yang memiliki sejumlah harta benda yang sangat bernilai tinggi.

Sebab pada dasarnya tujuan akhir dari pengumpulan harta benda untuk disebut sebagai "Orang Kaya" adalah ingatan. Kenapa demikian? Tentu jawabannya sangat sederhana. Siapakah yang tidak mengenal Budi Hartono dan Michael Hartono bersaudara sebagai orang terkaya di Indonesia tahun 2018. Tentu saja semua orang kenal.

Atau siapa yang tidak mengenal Jeff Bezos yang merupakan pendidiri Amazon, atau Bill Gates sebagai sebuah pendiri perusahaan Microsoft, atau pendiri Facebook Mark Zuckerberg. Sekali lagi, tentu kita semua kenal. Lalu, apa kaitannya dengan tulisan ini? Yakni bahwa kekayaan yang sesungguhnya adalah INGATAN.

Kenapa? Karena untuk apa kita menjadi "Orang Kaya" jika tidak terkenal alias dikenal oleh banyak orang. Untuk apa menjadi seorang Mark, Bill Gates, Jeff Benzos, atau Hartono bersaudara yang memiliki kekayaan yang tidak akan pernah habis hingga berpuluh-puluh atau beratus-ratus keturunan jika tidak terkenal dan diingat oleh orang banyak.

Dengan demikian, untuk menjadi "Orang Kaya" tidaklah rumit sekelumit yang kita pikirkan. Caranya tentu membuat orang mengingat siapa diri kita. Dan untuk melakukan hal itu, kupikir cukup dengan satu saja yakni karya dari buah pikir dan rasa yang diberikan Tuhan kepada diri kita masing-masing. Bukankah pemberian itu adalah amanah maka gunakanlah sebaiknya.

Untuk itu, nikmatilah hidup dengan karya dan jalanilah kehidupan dengan kejujuran dan kepercayaan. Setelah membaca tulisan ini bergeraklah dan bertidaklah menuju karya yang akan dicita-citakan. Sebab, bergerak dan bertindak adalah cara terbaik untuk menjelaskan keadaan karena jika hanya teori dan tanpa praktik itu sama saja dengan hidup tapi mati seperti dalam lirik lagu D'Bagindas.

Akan tetapi, ingat juga bahwa karya tidaklah cukup. Untuk itu, saya menambahkannya dengan KEJUJURAN dan KEPERCAYAAN. Sebab meski ada karya tapi ketika tidak mampu jujur dan percaya, kupikir percuma juga. Saya ingat betul saya mengenai sosok Afi Nihaya Faradisa yang viral dengan tulisannya beberapa waktu lalu.

Akan tetapi, kemudian dituding sebagai plagiat karya orang lain. Tentu ini sangatlah disayangkan, termasuk saya sendiri. Sebab karya yang tidak dibarengin dengan kejujuran dan kepercayaan seperti menggali kuburan untuk diri kita sendiri atau malah untuk orang lain.

Contoh lain, seperti yang terjadi oleh seorang penyanyi terkenal untuk musik Meksiko yakni Jenni Rivera yang meninggal dikarenakan kecelakaan pesawat pada tahun 2012 bersama dengan enam anggota staf lain dan teman-temannya. Dimana ketika itu, Jenni sedang selfie atau swafoto. Begitu juga dengan youtuber Greg Pitt yang meninggal tertabrak kereta dalam pembuatan video terbarunya.

Berbeda dengan sangat jauh dari Mary dalam sebuah film Mary Shelley yang diangkat dari sebuah kisah nyata dalam buku yang berjudul A Storm In the Stars. Mary yang diperankan oleh Elle Fanning menulis sebuah buku yang berdasarkan kisah cintanya yang menjadi istri kedua dari Percy Shelley yang diperankan oleh Douglas Booth.

Dikarenakan kisah yang diceritakannya dalam buku yang akan diterbitkannya itu sangat pilu, sehingga penerbit ketika itu menolak untuk menerbitkan atas nama Mary. Apalagi usianya ketika itu masih sangatlah mudah yakni 19 tahun. Kemudian Mary memutuskan untuk menerbitkannya atas nama suaminya Percy Shelley.

Usai diterbitkan, nama Percy Shelley kian meroket dikarenakan buku yang ditulis oleh Mary tersebut. Akan tetapi, Percy Shelley tahu dan paham bahwa buku yang diterbitkannya itu bukanlah karyanya sehingga melakukan semacam pertemuan dengan sejumlah penerbit untuk mengakui bahwa penulis sebenarnya adalah Mary yang tak lain adalah istrinya yang telah pergi meninggalkannya.

Atas pengakuan dan kejujurannya itulah sehingga membuat Percy kembali bertemu dengan Marry hingga kembali hidup bersama. Ayah Mary yang tak lain seorang filsuf dan novelis politik terkenal William Godwin yang diperankan oleh Stephen Dillane kemudian menerbitkan edisi kedua A Storm In the Stars dengan menulis Mary sebagai penulisnya.

Dengan demikian, kesimpulannya dari tulisan ini adalah Chairil Anwar adalah "Orang Kaya" yang setara dengan Mark, Bill Gates, Jeff Benzos, atau Hartono bersaudara meski meninggal apda usia 26 tahun dan harta kekayaannya tidak sebanyak mereka yang masuk dalam nominasi majalah Forbes tersebut. Dan Chairil Anwar ingin hidup seribu tahun tapi mungkin akan hidup lebih dari itu. Sedang Mark, Bill Gates, Jeff Benzos, atau Hartono mungkin akan dilupakan ketika bangkrut dan jatuh miskin. Sekian, terima kasih. AKUMENCINTAIMU

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun