Kongres Partai Demokrat yang dilaksanakan di Kota Pahlawan, Surabaya kembali memutuskan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum untuk periode 2015-2020 secara aklamasi. Hal itu pula membuat mantan Presiden RI ke-6 itu menjadi Ketua Umum pertama untuk masa jabatan dua periode sebagai Ketua Umum Demokrat.
Diawal masa jabatannya sebagai Ketua Umum Demokrat, SBY tetap konsisten untuk memperbaiki citra partai. Hal itu pun membuatnya untuk tetap konsisten dan komitmen untuk berada dijalur politik yang netral baik itu secara eksekutif dipemeritahan maupun pengambilan kebijakan melalui DPR.
Konsisten dan eksistensi Demokrat tersebut pelan-pelan mulai dilirik oleh masyarakat. Meski tak jarang ada yang melakukan kritik. Salah satunya saya dari sekian banyak orang yang melakukan hal yang sama. Saya mengkritik Demokrat yang memilih netral karena bagi saya politik itu keberpihakan. Bukan politik jika tidak berpihak.
Akibat sikap Partai Demokrat yang tidak jelas itu, pengambilan keputusan di DPR terkesan tidak normal. Sebagai contoh, pada pengambilan keputusan terkait Undang Undang Ormas. Pada awalnya Demokrat bersama PKB dan PPP menyodorkan poros ketiga mendukung dengan catatan. Akan tetapi hal itu tidak berefek dan berakhir dengan dukungan.
Oleh karena itu, saya ingin mengatakan bahwa hancur tidaknya pemerintahan atau "abal-abal" atau tidaknya penguasa dalam mengelola negara saat ini tidak terlepas dari besar tidaknya dosa Demokrat dalam memutuskan untuk memilih bersikap netral. Saya kira ini, sedikit tendensius akan tetapi ini adalah fakta juga. Dan kupikir ini adalah salah satu resiko dari sebuah pilihan yang telah diputuskan oleh Demokrat. hehehe
Kembali ketopik, SBY sebagai otak Demokrat tentu akan melihat peluang kemudian meledakkannya ditengah antara partai oposisi dan partai penguasa. Dimulai ketika SBY mulai menyadari bahwa Demokrat belum bisa dilepaskan dari Cikeas dengan mengorbitkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pilkada DKI 2017 lalu.
Sosok AHY yang dimunculkan SBY adalah tepat. Sebab, AHY merupakan kader militer murni sangat bersih dari isu-isu miring terutama mengenai korupsi yang selama ini menggerogoti Demokrat. AHY akan menjadi lokomotif baru bagi Demokrat agenda politik lima tahun hingga sepuluh tahun ke depan.
Kemunculan AHY bagi saya ini akan berdampak pada dua hal. Pertama, SBY yang sudah merasa akan kehilangan kursi sebagai Ketua Umum Demokrat tidak perlu risau lagi. Sebab AHY akan menjadi penerusnya dalam menjalankan roda partai pada masa-masa yang akan datang.
Oleh karena itu, SBY tidak perlu lagi khawatir akan masa depan Demokrat. Seperti yang pernah terjadi pada era Anas Urbaningrum. SBY juga tidak perlu lagi khawatir akan kehilangan pengaruh di Demokrat, sebab AHY merupakan kader tulen Cikeas dan merupakan keturunannya secara langsung.
Kedua, SBY yang selama ini menjabat sebagai Ketua Umum Demokrat untuk memperbaiki citra Demokrat pelan-pelan berhasil. Kini dengan sosok AHY, Demokrat akan kembali bersinar dengan terang. Apalagi, jiwa bersih dan usianya yang masih sangat muda sangat menarik perhatian publik.
Terbukti dengan berbagai antusias masyarakat ketika AHY melakukan kunjungan keberbagai daerah. Mulai dari kegiatan kemanusiaan seperti yang dilakukan di Pacitan lalu, maupun kegiatan lain seperti memberikan kuliah umum pada berbagai universitas di daerah sangat digandrungi. Terutama kalangan anak muda dan milenial.