Mohon tunggu...
Bas OK
Bas OK Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Sejati

penulis lepas dari berbagai keteraturan baku

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nasib-Nasib, Berangkat Ngutang, Perahu Minjam

30 November 2023   10:50 Diperbarui: 30 November 2023   11:38 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngeri kali ngurus olahraga di Sulawesi Tengah. Entah kenapa, ketika saya melihat video dikirimi Mba Ayu, dari arena kualifikasi PON dayung di Situle Jawa Barat, mata saya sembab. Berkaca-kaca, menerawang perjuangan anak-anak dayung nun jauh di sana.

30 orang dalam satu tim membawa nama Sulteng berangkat dengan ngutang. Ngutangnya pun dengan ngemis sana-sini, dapat pun pas-pasan sekadar berangkat dapat tiket dan makan.

Namun itulah dayung. Sejak dulu kala, siap mental dan dan fisik untuk Sulteng. Saya pun tahu Mba Ayu dan Mas Hanes, kedua pelatih ini tidak akan membiarkan mereka kelaparan disana.

Cukup dengan berteriak ayo Sulteng, dan berteriak pakaroso (bakuat), mereka pasti bisa dapat medali dan meloloskan nomor di PON 2024 nanti.

Beginilah olahraga di Sulteng. seolah-olah baik-baik saja. Padahal nasibnya menyedihkan minta ampun. Untuk berangkat Pra PON saja, cabor harus ngutang.

Dispora Sulteng gebleg minta ampun, anggaran Pra PON tidak diusulkan dalam APBD murni. Syukurlah masuk anggaran pergeseran. Eh alih-alih membantu mempercepat pencairan justru sampai saya menulis artikel ini, prosesnya pun kesana kemari.

Dayung adalah gambaran cabang olahraga (cabor) yang kuat dengan tantangan zaman (baca tidak beresnya olahraga di Sulteng). Dayung Sejak dulu, meraih medali dan medali PON. Walaupun sampai dengan sekarang, tidak punya perahu spek lomba. Jangan tanya sama tetangga sebelah (kendari, red)

Sekarang untuk persiapan Pra PON, dayung memulai pemusatan latihan lebih awal. Namanya pemusatan latihan mandiri. Hanya di Sulteng ini ada pemusatan latihan mandiri karena di luar sana namanya pemusatan adalah pemusatan latihan daerah, biayanya ditanggung daerah.

Kerana di Sulteng tidak ada anggaran, makanya diplesetkan pemusatan latihan mandiri. Seolah-olah keren, padahal mandiri itu adalah gambaran pemdanya tidak mampu.

Sejak selesai PON Papua November 2021, dayung sudah nge gas awal Januari 2022. Jangan tanya dananya dari mana? Sebagai olahragawan tujuan nomor satu itu prestasi. Prestasi itu tidak datang seperti disuap pakai tangan, atau tiba-tiba muncul. Prestasi itu lahir dari proses latihan berjenjang.

Mas Hanes dan Mba Ayu tahu itu. Kalau menunggu pemusatan latihan daerah yang biasanya tiga bulan menjelang PON, maka jawabannya tidak akan ada atlet dayung Sulteng mewakili PON 2024 nanti. Jelas, tidak latihan mau minta hasil.

Dayung sejak Januari 2022 sudah mulai menyiapkan program latihan tipis-tipis. Lari joging, sedikit-sedikit baru naik perahu. Baru masuk 2023 ini program diperberat karena masuk tahun Pra PON.

Ayolah disaat olahraga main baik ini, seharusnya pemangku kepentingan sadar. Olahraga itu tidak maju jika tidak ada niat baik.

Alih-alih KONInya sehebat apapun, tapi kalau dipersulit proses pencairan dana hibah, justru sama saja mematikan cabor. Karena KONI-lah tempat berhimpun cabor. KONI ada karena ada cabor. KONI lahir dan ada karena dari cabor.

PON 2021 adalah titik bangkit olahraga Sulteng. Mengembalikan kejayaan olahraga dari era Aziz Lamajido yang kemudian terpuruk namun kini mau bangkit. Era Gubernur Aziz Lamadjio, olahraga Sulteng itu maju terus dan berlanjut hingga puncaknya tahun 2000 yang bisa melahirkan 2 emas dari Yorry.

Pun setelah itu makin miris dan kehilangan bentuk. Kini saatnya olahraga itu dibangkitkan. Pon 2021 kemarin, KONI Sulteng sudah memulai perubahan drastis, pemusatan latihan daerah di Hotel yang pertama kalinya dilakukan KONI, olahraga mulai ada harga diri dan kebanggaan.

Untuk kini saatnya, semua pihak, KONI, Dispora, DPRD, Pengprov cabor duduk satu meja merumuskan kebijakan, agar kedepan tidak ada lagi pemusatan latihan mandiri, agar kedepan, cabor tidak lagi ngutang berangkat Pra PON, agar kedepan atlet Sulteng itu tidak menjual diri ke daerah lain. Dan banyak pokoknya.

Sekian pengantar artikel lepas dari saya, atas kegamangan hati ini melihat nasib atlet dayung Sulteng yang berteriak-teriak tanpa memedulikan perutanya yang mungkin lapar.  (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun