Banyak atlet Sulteng yang mutasi ke daerah lain karena tidak jelasnya masa depan mereka. Masa depan akan nasib mereka.
Kasus itu terjadi dulu. Seperti sepak takraw, banyak atlet Sulteng maupun putra putri mutasi ke daerah lain hanya karena tidak ada pembinaan yang pasti di Sulteng.
Andi Paturai dkk ramai-ramai mutasi ke Bogor Jawa Barat hanya karena disana pembinaan berjenjangnya sudah pasti. Walaupun jumlahnya tidak besar, setidaknya mereka mendapatkan hak sebagai tanda mereka atlet.
Andi pernah menuturkan, uang pembinaan diberikan stimulant dari selepas PON hingga PON berikutnya. Uang Pembinaan mulai dari atlet persiapan Porprov oleh KONI/PSTI Kabupaten sampai ke persiapan PON oleh KONI/ PSTI Provinsi. Asalkan ia terpilih sebagai atlet lapis utama mewakili kabupaten dan Provinsi , ia secara terus menerus mendapatkan intensif.
Walaupun mendapat intensif, Andi pernah mengungkapkan ke saya, membela daerah sendiri lebih membanggakan karena itu panggilan jiwa.
Dari kasus Andi setidaknya pembinaan berjenjang ini mendapat dukungan politik anggaran sangat pasti untuk memberikan nafas kemajuan olahraga daerahnya.
Tidak semua kasus mutasi atlet Sulteng seperti di atas. Ada banyak atlet yang memilih bertahan di Sulteng seperti taekwondoin Abdul Rahman Darwin yang baru saja meraih emas semata wayang di PON Papua.
Namun untuk keberhasilan Abdul Rahman Darwin, bukan jadi alasan pembenar olahraga di Sulteng sedang baik-baik saja. Jika ditanya, mereka pasti 1000 persen menjawab : Ingin di Sulteng ini sudah ada pembinaan berjenjang olahraganya.
Sulteng Emas Mimpi Besar Sang Maestro
Salah satu pionir di bidang olahraga era Gubernur Rusdy Mastura dan Wakil Gubernur Ma'mun Amir dan Ketua Umum KONI Sulteng Nizar Rahmatu, ialah Sulteng Emas.