Setelah membaca 2 buku " Sekolahnya manusia dan Gurunya manusia " karya Munif Chatib, tak terasa airmata jatuh berlinang bertafakkur mengenai metode pembelajaran yang saya gunakan selama ini. Ada rasa penyesalan diri mengapa kedua buku tersebut tidak terbit sebelum saya mengajar di sekolah.
Namun tak apalah menyesali, yang penting ada niat untuk mengubahnya. Dalam buku tersebut, semua siswa dianggap sebagai sang juara. Mereka betul-betul dihormati sebagai seorang manusia. Guru mengajar, karena memang siswa membutuhkannya. Pendidik memberikan materi sesuai dengan gaya belajar siswa, bukan kemauan guru.
Ada beberapa catatan dalam buku tersebut ( Gurunya Manusia ) yang terutama berkaitan dengan guru. Pak Munif Chatib membagi guru menjadi 3 kategori berdasarkan kemauannya :
1. Guru Robot.
Ciri dari guru jenis ini adalah mereka yang rutinitasnya itu-itu saja sepanjang tahun, semenjak dia jadi guru. Datang ke sekolah tepat pada wakunya, masuk ke kelas dan menyampaikan materi, lalu pulang ke rumah. Tidak ada kegiatan lain dalam proses pembelajarannya. Dia sudah diprogram yang itu-itu saja.
2. Guru Materialis.
Jenis guru ini adalah selalu mementingkan materi di atas segala-galanya. Mereka terlebih dahulu mensyaratkan gaji yang tinggi untuk mengajar. Di dalam hatinya selalu berkata " seharusnya gaji saya sekian juta, baru saya mau mengajar ". Dia tidak mendahulukan kewajibannya terlebih dahulu, lalu haknya. Sah-sah saja sebagai manusia biasa membutuhkan materi menunjang kehidupannya, namun uang bukan segalanya !
3. Gurunya manusia ( Ikhlas ).
Guru seperti ini yang sangat dirindukan oleh siswa, seperti pada film 5 menara. Disitu terjadi dialog antara seorang Kyai dengan santri mengenai gaji guru.Sang ustadz berkata " guru-guru di pondok ini sudah mewakafkan dirinya untuk mendidik santri ".
Dengan hati yang ikhlas, seorang guru akan mendidik siswa-siswinya dengan penuh kasih sayang. Dia memandang bahwa siswa-siswi adalah amanah yang diberikan oleh Allah SWT untuk diberikan bekal hidup mengarungi dunia fana ini. Sang guru berkeyakinan, di akhirat nanti dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang anak didiknya.
Guru yang berhati ikhlas, tidak terlalu mementingkan harta. Mereka dengan senang hati memberikan makna hidup kepada anak didiknya. Dia akan menjadi contoh teladan bagi siswa dan dirindukan sepanjang masa.
Saya merindukan guru-guru masa lampau, dimana fasilitas pendukung pembelajaran sangat minim namun bisa melahirkan manusia-manusia yang unggul. Kunci utamanya terletak pada gurunya yang mengajar dengan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H