" Hai Kak, Kami bantu konten dan promosi nya untuk tempat Kakak via instagram kami ? "
Banyak banget  ini, tetiba  so called "influencer "anorganik saat semua sedang  persiapan kenijakan positif Open Border Bali ini dan memang sedang masa liburan bagi domestik,  direct message (dm ) meminta barter  antara konten yang di "hargai" dengan menginap gratis yang ga tanggung tanggung : 5 hari ++
Kalo mereka yang memang profesional dan punya "edge" bagus  dan memang punya karakter di konten sosial media, pertimbangan masih oke ya.
Malah justru para influencer profesional biasanya tidak mengharap apa apa dan secara sincere support untuk Bali Bangkit.
Tapi tidak kasusnya dengan para influencer dadakan ini.
Polesan sana sini, jumlah follower yang (seakan) fantastis tapi konten asal asalan dan tidak terkonsep. Mungkin si Kakak Kakak ini kurang belajar mendalami bagaimana kami ini cukup lama pernah lah belajar sedikit sedikit tentang ilmu titen atau profiling.
Sehingga bisa dengan gamblang melihat dan membaca, bagaimana profil mereka di medis sosial ini betul betul sekedar polesan saja.
Dan yang mengherankan, justru di sifat oportunis yang sedang berusaha di tonjolkan, dalam bahasa " Kami bantu promo" tadi.
Where is your manner?Â
Anda yang merasa sedang melakukan ini, sejatinya sedang mengambil selfi di atas kepala orang yang saat ini sedang megap megap berusaha bertahan di bawah air dengan paru paru yang semakin tipis.
Sekedar saran aja sih, kami di Bali tetep ramah kok. Dan senyum kami tetep hangat.
Sembari menawarkan ke mereka tes wawasan kebangsaan berbasis metode barbar dengan penggunaan kunci roda.
Bali Pasti Pulih. Tanpa Kalian.Â