A : " Kemudian ciptakan konflik diantara keduanya dengan propaganda itu sesuai pangsa pasarnya ? "
B : " Selalu Begitu kan? Pertanyaan macam apa  itu. Kalau kau jelas jelas dan jujur dengan proposal Kapitalisme mu, ya gak akan masuk di mereka "
A : " Dan kita bermain di dua kaki? Toh dari kedua pendanaan Bohir  Multi Nasional luar kita dapat kok sponsor dari keduanya ? "
B : " Always itu Selalu, seperti Kabeh itu Semua, Bro. Â Kabeh itu Semua. Sekarang yang perlu kita lakukan ya perjelas aturan main, tanam Figur di kedua belah pihak dan biarkan permainan ini berjalan apa adanya. Manapun yang menang, kita akan dapat bagian"
A : Â " Ini kenapa aku datang kepadamu, Bro. Kamu selalu pintar merangkai aransemen seperti ini. Seperti lagunya Mendiang dulu, Â Sandiwara Cinta "
B : " Ah itu lagu favoritku. Nikel Ardilla kan? "
A : " Iya".
AÂ dan B : " Mengapa kau nyalakan api cinta dihatiku
Membakar jiwa yang merana
Kata manismu membuatku yakin kepadamu, hingga membuatku terlenaaaa "
C : " Nanti dulu, sebentar dulu. Kalian bwrdua mau ngambil keuntungan dari Bohir Bohor Multinasional sementara kalian ini gak tau bahwa uang uang yang didapat dari Bohir Multinasional ini sebetulnya uang uang kita sendiri yang dulu oleh Kerajaan Nuswantara  dititipkan dan dirampas oleh mereka dan sekarang malah dipakai untuk menjajah Bangsa sendiri?Â
A, B dan C, kemudian nyanyi barengan. Meratapi nasib mental makelaran yang gak selesai karena terlalu lama dilemahkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H