Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Antara Hebdo dan Seorang Nikita Mirzani?

17 November 2020   10:41 Diperbarui: 17 November 2020   11:05 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Bro, kamu muslim atau mukmin bukan sih? Kemaren waktu kasus Hebdo kamu marah marah. Nah ini giliran Imam Besar kita di lecehkan kamu diem aja. Gimana sih? " 

Jawabannya sebenernya simple banget.

Ya bedakan Kasus Charlie Hebdo dengan Nikita Mirzani.  Keduanya jelas beda kelas.

Yang pertama di kasus Hebdo , Perancis bukan hanya melakukan serangan diskriminatif   sistematis terhadap Muslim di seluruh dunia dimana secara berulang kali ia dengan sengaja menggambarkan Rasulullah SAW dengan penghinaan. 

Jelas hukumnya, menggambar Rasulullah SAW sedang melakukan kebaikan saja enggak boleh kok.

Apalagi ini dengan sengaja menggambarkan untuk tujuan penghinaan.

Dan itu juga terkait dengan penekanan mereka terhadap Muslim sebagai minoritas disana. Mereka yang bukan Muslim sekalipun di belahan Eropa sana, mengecam tindakan Perancis atas discriminations based on religions, ethnicity and gender ( penggunaan hijab di tempat umum yang dilarang; red)

Jadi kalo di Indonesia ada orang yang ngomong : " halah gitu aja kok marah" ya ia termasuk orang yang bodoh aslinya.

Yang kedua seorang Nikita Mirzani.
Haduh, ini pancingan jangan ditanggepin. Doi mancing, di tanggepin dengan bahasa kasar dari ( juga) seorang penghina Dzuriyah Rasulullah pecatan pesantren bernama  Soni, belakangan ngaku jadi Ustadz Maheer Tulalit.

Kelas nya Abu Janda ini. 11-12 . Sama sama tukang Namima atau adu domba. Ngapain ente kepancing sama Nikita Mirzani dan setelah itu seorang tukang Namima sekelas dia? 

Sialnya lagi, Ia kemudian menimpali akan menyerang Nikita dengan nurunin 600 sampai dengan 800 orang  "Pembela " yang tidak terima seorang Dzuriyyah ( Keturunan ) Rasulullah SAW dihina. Padahal, orang yang sama yang konon mau membela ini sedang bermasalah dengan  melakukan penghinaan terhadap Dzuriyyah Rasulullah SAW lainnya, seorang Habaib dari Pekalongan sana.

Tujuannya apa? Ya sama dengan tujuan dia selama ini. Nyari dukungan, nyari muka dan nyari ketenaran aja. Kalau ada yang kenal dengan si Soni ini tolong deh kasih tau salam jari tengah dari saya. 

Pancingan Nikita berhasil. 

Imam Besar pun menimpali. Dengan sebutan kasar yang kemudian secara pribadi membuat bertanya tanya. Ngapain hal remeh temeh seperti ini juga ditanggepin sih? 

Kewajiban saya sebagai seorang InsyaAllah Muslim adalah menghormati Dzuriyyah Rasulullah SAW. Semuanya, tidak tebang pilih tanpa terkecuali

Menghormati ya. Tapi untuk mengikuti atau mengamini atau tidak, itu urusan lain .

 Sirah Nabawi yang menceritakan bagaimana sikap dan lemah lembut nya Rasulullah SAW selama berdakwah dan menghadapi orang orang yang tidak sepaham menjadi benchmark atau acuan bagi pribadi bagaimana Muslim yang sebaik baiknya ? 

Sehingga jujur saya sulit untuk kemudian mengamini hil dan hal yang diluar ekapektasi akan kesantunan dalam dakwah.

Dakwah itu secara terminologi bahasanya mengajak, bukan mengusir.  

Dan sebagaimana Rasulullah SAW menolak untuk ada penggambaran tentang dirinya karena Beliau tidak mau di kultuskan, maka wajibnya menghormati Dzuriyyah Rasulullah SAW adalah tanpa perdebatan. Demikian juga dengan tidak mengkultuskan Mereka, Para Ahlu Bait.

Namun kecintaan terhadap Dzuriyyah Rasulullah SAW akan terjadi sendirinya, apabila kita menemukan sosok Rasulullah SAW dalam keseharian atau Dakwah Para Keturunannya.

Apabila tidak, ya tidak wajib di amini. Karena Islam adalah tentang Sanad. Ya Sanad Keturunan, demikian juga dengan Sanad ke ilmuan. 

Yang lebih penting lagi, ya rapatkan barisan tanpa labeling sana sini deh. Cape kami dibenturkan baik dengan sesama anak negeri demi satu tujuan yang semakin lama  tidwk terdengar dengan jelas karepe opo. 

bersabda,

"Sesunguhnya Aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, Aku diutus hanya sebagai pembawa rahmat."

Wallahu'alam Bishawab 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun