Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhijrah Jangan Berhijrah, Kalau Tiada Artinya

19 Januari 2020   14:19 Diperbarui: 19 Januari 2020   14:19 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : ilustrasi nadiyah rizky/twitter

Jawabannya bisa iya dan tidak.

Untuk sanad keilmuan para Ulama yang ada sekarang ini, setuju gas pol kalau Beliau Beliau ini seriusan emang kita kudu mikir semacam "sertifikasi".Sempat tersenyum simpul saat mendengarkan satu kajian di Majlis Ilmu dimana kenapa sih kok Rasulullah SAW turunnya di Jazirah Arab, bukan di Indonesia atau dahulu, Nuswantara.

Karena kualitas orangnya  yang menerima dakwah saja sudah beda duluan. Rasulullah SAW menghadapi kaum yang terkenal 'keras'nya.  Syahdan penduduk Mekkah ini terkenal kerasnya. Iya ya Iya, Enggak ya Enggak.  Daerahnya pun sudah panas duluan. 

Perbandingan simpelnya gini deh.  Perkara mandi wajib habis  jima ( bersetubuh) saja ini penjelasan Rasulullah SAW isampai kudu berulangkali sampai hal yang mendetil untuk menerangkan baik tata cara maupun adabnya. Kena air  yang seger aja disuruh nya susah. 

Nah di Nuswantara, kita udah duluan kenal tentang penyucian dengan "air dari 7 mata air suci yang berbeda".  Istana istana Kerajaan udah pada bahas dan buat Istana Air, padusan dan lain hal yang mewah.sa Gerah ya ga usah disuruh nyemplung.

Disana air susah. 

Dan disini, baru make  nama "Ustadz" dikit aja atau penggunaan " Habib" , yabng berebut nyium tangan udah ribuan. Follower di media sosialnya udah ratusan ribu. 

Nah sekarang ini, benar benar amat sangat diperlukan kejelasan tentang sanad keilmuan para Ulama supaya yang dibawah pun nantinya gak gontok gontokan. Apakah itu kemudian hanya bersandar pada komunitas Hijrah saja? Gak juga kok.  Ini berlaku umum yang bahkan ga jarang Ulama besar yang kita cintai justru tergelincir di dakwah dan wadah mereka di media sosial.

Apa mereka ini tidak pernah di Pondok Pesantren? Kan ya enggak juga.  Apa mereka ini orang orang yang narsis sehingga kerap kali menggunakan media sosial sebagai wadah dari dakwah mereka?

Lantas kemudian, apakah mereka yang menunjukkan eksistensi dengan Hijrah atau bahkan secara kasarnya terlihat hanya di jenggot, cadar atau cingkrang itu menjadikan nya salah?

Ya relatif.  Kembali lagi ni masalah hati. Baik yang melakukan, maupun juga yang melihatnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun