Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perda Syariah dan Intoleransi, Terpojoknya Grace Natalie?

20 November 2018   23:22 Diperbarui: 21 November 2018   10:12 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini saya merasa sedikit hilang. Kalian kenapa sih gak berusaha mengangkat isu yang paling mendasar dulu. Sesuatu yang klasik tapi betul-betul problem. 

Sein kanan belok ke kiri. Safety para pengendara wanita di jalan yang apabila di daerah nih, Sis, berkendara dan menyetir masih banyak kagoknya dan membahayakan tidak hanya pada diri sendiri namun juga pada orang lain. 

Atau bagaimana daerah seperti sebagian Kabupaten Demak dan saya yakin di daerah lain pun banyak, dimana terdapat banyak anak-anak masih seumuran kelas 4 Sekolah Dasar sudah mulai mengkonsumsi minuman cola bersoda yang di campur dengan lotion kulit anti nyamuk.

Kalian tahu sebabnya apa? Karena kebanyakan perempuan dan ibu dari anak-anak tersebut adalah para pekerja pabrik yang bekerja pada shift panjang sehingga kurang pengawasan pada keluarganya. 

Ekonomi kreatif untuk mereka misal. Sesuatu usaha kecil menengah yang bisa mereka lakukan sehingga mereka tidak lagi perlu meninggalkan anak-anak mereka.

Dan apabila kembali pada Perda berbasis agama atau keyakinan, tak hanya banyak Perda atau suara rakyat yang mau dikorbankan nantinya. Bahkan Perda Bali yang bernafaskan Hindu, Perda Daerah Istimewa Yogyakarta, Surakarta yang bernuansa adat istiadat dan falsafah Jawa pun kemudian harus hilang. 

Itu kalau mengambil dari pendapat kalian sendiri, menurut saya? 

Tapi lantas setelah berpikir panjang, ya memang kembali lagi ini adalah politik. Dan bagaimana pun cara Partai Solidaritas Indonesia merasa bahwa kaum millenial dan perempuan sebagai segmentasi dari pasar produk mereka mengusung pluralisme, tetap saja. Cara tercepat mendongkrak suara dan popularitas ya tetap dari sensasi agama. Dan mempergunakan hal yang sama dengan bungkus yang baru ya gak terlalu keren juga sih. Gutsy, but not cool. 

Sensasinya itu. Lantas esensi dari langkah ini sendiri apa? Apa karena kepanikan dan terpojoknya seorang Grace Natalia dan Partai Solidaritas Indonesia karena biar tekor asal kesohor tak akan mampu memuaskan para shareholders kalian yang konon berjumlah 1.000 orang ++ ini?

Sudah masuk tahun ke 4, Hasil Survei LSI yang baru beberapa bulan kebelakang ini masih saja menunjukkan data bahwa PSI termasuk dalam 6 Partai yang tidak akan lolos seleksi?

Mengambil ceruk pasar millenial dan perempuan, memang brillian, Cik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun