Media sosial di bombardier dengan sisi negatif rival. Ada yang masih dalam pembentukan opini, ada yang berupa data dan fakta. Sayangnya, yang pertama masih saja menjadi pilihan kedua kubu, tanpa terkecuali.
Situasi yang panas ini hendaknya harus di ademkan bersama sama. Falsafah Jawa Menang Tanpo Ngasorake semestinya bisa dicerna dengan baik dan jadi pilihan, apabila memang masih punya niat yang sama, menjadikan Indonesia semakin baik ke depannya.
"Menang tanpo ngasorake" sendiri sejatinya luas dalam penafsiran, namun inti dari falsafah itu adalah menang (dan menguasai) tanpa menjatuhkan. Itu kemenangan atau pencapaian yang ideal.Â
Saat kita mampu untuk meraih sesuatu tujuan, tapi enggak bikin pihak yang kebetulan berseberangan (dalam prinsip dan sikap) tetap nyaman dan tidak merasa dikalahkan. Â Boleh tetap tidak setuju, namun jangan lupakan tujuan akhirnya kan demi Indonesia.
"Tapi, Bro, mereka selalu melakukan kampanye hitam. Menjelek jelekan, mengkotak kotak kan sehingga akhirnya pun kita harus dan terpaksa melakukan hal yang sama"
Wah, piye yo? Saya tidak melihat satupun senjata sedang diarahkan ke kening panjenengan untuk melakukan hal itu. Jadi argument harus dan terpaksa melakukan hal yang sama, gamblang dibilang kalau invalid lah. Itu murni ego kita kok. Jelas itu nafsu kita, bukan karena orang lain. Jadi apa atau siapa diri kita itu tidak tergantung dengan orang lain. Kecuali kita, manusia merasa tidak lebih jagoan dari seekor Salmon ya? Â
Salmon aja bisa melawan arus, kok manusia yang konon dibangun lebih canggih malah ga lebih pinter. Kan lucu. Tidak susah kok untuk melihat kelebihan dalam diri seorang Prabowo misalnya.Â
Nasionalisme dan kecintaan pada NKRI, jangan diragukan lagi. Putra Indonesia yang lulus dengan hasil yang cadas dari Westpoint. Â Untuk melihat sebuah kelebihan dari seorang Jokowi ? Bisa dilihat dari keberhasilannya memimpin Kota Surakarta, dan kini perjuangannya untuk memajukan Indonesia dalam sisi pembangunan.Â
Banyak, yang bisa diliat dan dipelajari dari sisi positif dari kedua Beliau ini. Namun apabila yang selalu dicari adalah sisi negatif, ya tentu pelajaran yang terserap ya yang negatif dan disini kontrol diri seringkali lepas. Â Bukannya belajar dari sisi kekurangan untuk menjadi baik, tapi malah ikutan larut dalam berbalas makian dan mencemooh.Â
Dan lagian, kita kan gak sedang nyari swing  voters. Karena swing voters tidak akan didapatkan dari hasil menjelek jelekkan orang lain.  Percoyo wis karo aku, nek gak percoyo yo KTP ku gowonen wis.
Keep Your Friends Close, But Your Enemies Even Closer
Enemy atau musuh mungkin bukan kata yang tepat. Entah Sun Tzu, Machiavelli atau Pertrach lah yang mengatakan kata bijak diatas. Atau bahkan sosok Godfather Michael Corleone ? Dan bahkan yang belakangan secara gamblang mengatakan bahwa jangan benci musuhmu, karena itu akan mempengaruhi keputusan mu. Ada baiknya kita sama sama kembali menayangkan film yang diangkat dari novel Mario Puzo's, The Godfather Trilogy.
Dan saat kita mampu menaruh respek yang genuine terhadap rival pada keseluruhan, mungkin secara lambat anda akan mampu  juga menimbulkan respek dari pihak yang berseberangan, atau bahkan menemukan satu celah solid untuk betul betul menguasai permainan.Â
Secara pribadi akan mencoba teori dan falsafah ini ke langkah yang sedikit ekstrim : akan mencoba justru berkampanye untuk pihak yang berseberangan pilihan politiknya sebagai latihan pribadi.
Ada satu tautan unik yang mudah mudahan bisa dilihat dan sepertinya asik kalau dibuat sebuah iklan kampanye. Anda bisa melihat bagaimana sebuah kelemahan, kesederhanaan dan hal yang tampak biasa  dibuat dengan prinsip "menang tanpo ngasorake" tapi jadi asik dan malah cenderung merebut hati.
Dan saya curiga mereka aslinya orang Jawa !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H